REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Kementerian Perdagangan China menyatakan memiliki komunikasi yang erat dalam perdagangan dengan Amerika Serikat (AS), Kamis (12/12). Pernyataan itu muncul di tengah kemungkinan sikap AS memberlakukan tarif lebih besar pada barang-barang China akhir pekan ini.
"Tim ekonomi dan perdagangan kedua belah pihak menjaga komunikasi yang erat," kata juru bicara Kementerian Perdagangan China Gao Feng.
AS akan mengenakan tarif hampir 160 miliar dolar terhadap impor China seperti konsol video game, monitor komputer, dan mainan pada Ahad. Presiden AS Donald Trump diperkirakan akan bertemu penasihat perdagangan terkemuka untuk membahas langkah tersebut pada Kamis.
Keputusan untuk melanjutkan pungutan lebih besar dapat mengguncang pasar keuangan dan membatalkan pembicaraan AS-China untuk mengakhiri perang dagang. Pembicaraan tersebut telah digodog selama 17 bulan antara dua negara.
Kedua negara bersepakat pada Oktober untuk membicarakan perjanjian perdagangan di tahap awal. Akan tetapi, pembicaraan telah gagal menghasilkan kesepakatan pembelian pertanian oleh China dan kembalinya tarif yang diberlakukan oleh AS.
Beijing mengatakan akan membalas jika AS meningkatkan sengketa perdagangan. Pada Agustus, China mengatakan akan memberlakukan lima hingga 10 persen dalam tarif tambahan pada 75 miliar dolar barang AS dalam dua gelombang.
Tarif pada gelombang pertama dimulai pada 1 September. Hal itu memukul barang-barang AS termasuk kedelai, daging babi, daging sapi, bahan kimia, dan minyak mentah. Tarif pada produk gelombang kedua akan diaktifkan pada 15 Desember yang memengaruhi barang mulai dari jagung dan gandum hingga pesawat kecil dan magnet tanah.
China juga mengatakan pada saat itu akan memulai kembali pada 15 Desember tarif tambahan 25 persen untuk kendaraan buatan AS. Sedangkan tarif lima persen untuk onderdil mobil yang telah ditangguhkan pada awal 2019.