Jumat 20 Dec 2019 02:10 WIB

Kenangan 1981 Warnai Duel Flamengo Vs Liverpool

Drama yang sudah berlangsung nyaris empat dekade silam kembali terjadi pada 2019.

Rep: Frederikus Bata/ Red: Endro Yuwanto
Piala Dunia Antarklub.
Foto: IST
Piala Dunia Antarklub.

REPUBLIKA.CO.ID, Pada Desember 1981, Flamengo membuat sejarah mentereng. Di sebuah pertandingan saat memasuki musim dingin di Tokyo, Jepang, wakil Brasil itu menundukkan jawara Eropa, Liverpool, 3-0.

Walhasil tim yang diperkuat legenda Selecao, Zico, menjadi juara dunia. Saat itu, turnamen ini bertajuk final Piala Interkontinental. Kampiun Amerika Selatan menghadapi pemenang Piala Eropa di Jepang.

Baca Juga

"Itu adalah gelar terbesar yang bisa dimenangkan sebuah klub," kata Jorge Luis Andrade da Silva, gelandang Flamengo kala itu, dikutip dari the Guardian, Kamis (19/12).

Andrade mengenang bagaimana timnya dielukan oleh para penggemar di Rio de Janiero. Armada O mais querido do Brasil, lanjut dia, menjalani momen prestisius saat itu. Sebelum meluluhlantakkan the Reds, Flamengo mengalahkan Cobreloa of Chile dalam laga ketat di tiga kesempatan final Libertadores.

Andrade merasa timnya bermain di level yang sangat tinggi. Berbekal penampilan apik kontra Cobreola, mentalitas sederet penggawa Flamengo berada dalam nuansa positif. Itulah mengapa Flamengo turun dengan determinasi tinggi sewaktu jumpa the Kop.

"Kami menghormati Liverpool, tetapi dengan penampilan kami, kami yakin kami akan menang," ujar pemilik 11 caps tim nasional Brasil itu.

Rupanya optimisme Andrade menjadi kenyataan. Kendati demikian pemain the Reds, Kennya Daglish menyatakan timnya tidak terlalu serius menanggapi kekalahan itu. Pernyataan tersebut ia tuliskan dalam autobiografinya berjudul 'My Liverpool Home'.

Kubu Flamengo tak peduli. Flamengo juga membukukan kisah apik pada 1981 tersebut. Eduardo Monsanta, sang penulis kegemilangan Rubro-Negro menilai wakil Selecao mempunyai keunggulan dari segi kualitas.

"Liverpool kompetitif, tapi Flamengo memiliki fondasi Selecao 1982 (Piala Dunia setahun kemudian). Dengan Junior dan Leandro sebagai bek sayap, dan Zico sang pengubah permainan," tutur Monsanta.

Hal itu sebagai respon terhadap argumentasi Daglish. Andrade turut angkat bicara. Ia merasa sikap bintang the Reds itu kurang gentleman.

"Ketika Anda kalah, Anda mengatakan itu tidak penting. Anda coba merendahkan pencapaian lawan. Ketika mereka menang, mereka akan tahu pentingnya menjadi juara dunia," ujar sosok yang kini berusia 62 tahun ini.

Drama ini sudah berlangsung nyaris empat dekade silam. Para penikmat bola yang enggan mencari tahu sejarah, berpotensi tidak mengetahui kenyataan tersebut. Pada 2019, pertempuran antara Flamengo dan Liverpool kembali terulang. Keduanya sama-sama berstatus kampiun zona masing-masing.

Kali ini dalam format yang sedikit berbeda. Keduanya terlebih dahulu menghadapi jawara benua lain, di semifinal. Nama pertama menyingkirkan juara Liga Champions Asia, Al Hilal dengan skor 3-1, di fase empat besar.

Sementara the Reds susah payah menundukkan jawara Concacaf asal Meksiko, Monterrey dengan skor tipis 2-1. Kompetisi ini berlangsung di Qatar. Laga final dimainkan di Khalifa International Stadium, Doha, Ahad (22/12) dini hari WIB.

Baik Flamengo maupun Liverpool dalam kepercayaan diri tinggi. Skuat Mangao memiliki bekal sebagai kampiun Brasil dan Copa Libertadores. Sementara, kubu Merseyde Merah sedang memimpin klasemen sementara Liga Primer Inggris.

Pelatih Liverpool Juergen Klopp menilai kubu lawan memiliki keunggulan dari segi kebugaran pemain. Sebab, Flamengo telah menyelesaikan musim 2019 sejak November lalu. Di lain pihak, pasukan Klopp sedang memasuki jadwal padat menjelang jeda musim dingin.

Apa pun itu, sebuah final ideal tersaji di Qatar. Kedua tim sudah difavoritkan melaju hingga laga puncak, sebelum ajang ini dimulai. Menarik dinantikan adu strategi antara Jesus dan Klopp, di Khalifa International Stadium.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement