Senin 23 Dec 2019 18:16 WIB

Kementan: Defisit Daging Sapi Tahun 2020 Bakal Melebar

Pelebaran defisit itu diakibatkan oleh pertumbuhan kenaikan produksi.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Gita Amanda
Menurut Kementan defisit daging sapi tahun 2020 bakal melebar.
Foto: Republika/Prayogi
Menurut Kementan defisit daging sapi tahun 2020 bakal melebar.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) memprediksi defisit daging sapi pada tahun 2020 bakal mencapai 294.617 ton, meningkat dari defisit daging tahun ini sebesar 281.681 ton. Pelebaran defisit itu diakibatkan oleh pertumbuhan kenaikan produksi yang belum bisa mengimbangi kenaikan kebutuhan daging nasional.

Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH), Kementan Syamsul Maarif menyampaikan, kemampuan produksi daging sapi tahun 2019 sebesar  404.590 ton sedangkan kebutuhan sudah mencapai 688.271 ton.

Adapun, produksi daging sapi tahun 2020 akan naik menjadi 422.533 ton namun kebutuhannya juga naik menjadi 717.150 ton. Dengan kata lain, produksi tahun depan hanya tumbuh 4,43 persen dari tahun ini sedangkan kebutuhan naik hingga 4,5 persen.

Syamsul menuturkan, kenaikan konsumsi daging mengacu pada prognosis kenaikan konsumsi per kapita dari 2,56 kilogram (kg) menjadi 2,66 kg serta peningkatan populasi dari 267 juta jiwa menjadi 269 juta jiwa.

Pelebaran defisit itu alhasil ikut mendorong penambahan alokasi impor daging. Tahun 2019, impor daging sapi dan kerbau dialokasikan sebesar 291.980 ton sedangkan tahun 2020  kuota impor dinaikkan menjadi 300.000 ton.

Syamsul menjelaskan, pelebaran defisiti itu salah satunya disebabkan belum mampunya pengusaha lokal maupun peternak rakyat untuk mengikuti kebutuhan industri hotel, restoran, dan katering (horeka). Berbicara mengenai kebutuhan industri horeka, ia mengakui bahwa pemenuhannya tidak bisa dilakukan secara asal. Sementara kemampuan peningkatan produksi dalam negeri belum bisa dipacu mengimbangi kebutuhan, maka pemerintah harus menambah impor.

"Kebutuhan ini menyangkut industri horeka. Manajemen mereka itu kan tidak bisa asal-asalan karena mereka harus memenuhi kebutuhan konsumennya," kata Syamsul.

Kendati demikian, Syamsul mengatakan bahwa Kementan tidak tinggal diam melihat kemampuan produksi dalam negeri yang kalah cepat dari kenaikan konsumsi. Pihaknya telah menyiapkan beberapa program sesuai arahan Menteri Pertanian agar ke depan kapasitas pengusaha ternak lokal terus meningkat.

Syamsul menekankan, meskipun alokasi impor tahun depan meningkat, belum tentu juga realisasi akan sesuai dengan kuota. Sebab, prognosis pemerintah bisa meleset, ditambah adanya kemungkinan pertumbuhan produksi yang lebih tinggi dari perkiraan.

Sementara itu, Kepala Sub Direktorat Perlindungan Hewan, Boedhy Angkasa menambahkan, prognosis kebutuhan dan impor berdasarkan acuan data dari Badan Pusat Statistik (BPS). Konsumsi bakal meningkat karena selain adanya penambahan jumlah penduduk, pertumbuhan ekonomi yang diyakini bakal mengalami kenaikan.

Oleh sebab itu, Rapat Koordinasi Terbatas (Rakortas) level Kemenko Perekonomian memutuskan untuk menaikkan alokasi impor. Terutama, untuk sapi bakalan yang naik dari 500 ribu ekor menjadi 550 ribu ekor. "Kita pakai asumsi yang moderat karena melihat adanya pertumbuhan ekonomi dan populasi penduduk," kata dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement