REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas mengatakan akan melakukan upaya agar keputusan Iran meninggalkan batasan pengayaan uranium tidak dilaksanakan. Keputusan Iran itu menjadi langkah pertama menuju akhir dari perjanjian nuklir 2015.
"Kami pasti akan berbicara dengan Iran lagi. Apa yang telah diumumkan adalah, bagaimanapun, tidak konsisten dengan perjanjian," kata Maas, Senin (6/1)
Pejabat Jerman, Prancis, dan Inggris akan membahas situasi tersebut pada Senin. "(Situasi) belum menjadi lebih mudah, dan ini bisa menjadi langkah pertama hingga akhir perjanjian ini, yang akan menjadi kerugian besar sehingga kami akan menimbang ini dengan sangat, sangat bertanggung jawab sekarang," ujar Maas.
Televisi pemerintah Iran mengatakan, Iran tidak akan menghormati batasan yang ditetapkan dalam pakta tentang nuklir negara itu. Hal itu termasuk batas jumlah sentrifugal pengayaan uranium, kapasitas pengayaannya, tingkat pengayaan uranium, jumlah uranium yang diperkaya ditimbun, kegiatan penelitian, dan pengembangan nuklirnya.
Iran terus melangkahi batas-batas kesepakatan pada kegiatan nuklirnya dalam menanggapi penarikan Amerika Serikat (AS) dari perjanjian pada 2018. Penerapan kembali sanksi Washington telah melumpuhkan perdagangan minyak Iran. Di bawah kesepakatan nuklir, Teheran setuju untuk mengekang kegiatan nuklirnya dengan imbalan pencabutan sebagian besar sanksi internasional.
Maas menilai keputusan Iran untuk menarik lebih jauh dari komitmennya dalam perjanjian nuklir membuat situasi yang sudah sulit menjadi lebih sulit. "Tidak ada yang ingin Iran memperoleh senjata nuklir," ujarnya.