REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mulai menyelidiki 50 kasus pneumonia misterius di Kotai Wuhan, Cina. Mereka menduga penyakit tersebut disebabkan oleh anggota baru dari keluarga virus yang memicu wabah SARS atau MERS. WHO mengaku masih membutuhkan lebih banyak informasi untuk mengkonfirmasi secara tepat jenis patogen penyebab infeksi.
"Diperlukan informasi yang lebih komprehensif untuk mengkonfirmasi patogen serta untuk lebih memahami epidemiologi wabah, gambaran klinis, investigasi untuk menentukan sumber, cara penularan, tingkat infeksi, dan penanggulangan yang diterapkan," kata WHO dalam sebuah pernyataan pada Rabu (8/1).
Cina sendiri telah membentuk dan mengutus tim untuk menyelidiki kasus pneumonia di Wuhan. Beijing melibatkan pejabat dari Chinese Centre for Disease Control and Prevention (CDC).
"Patogen dari kasus pneumonia yang tak dapat dijelaskan ini pada awalnya diidentifikasi sebagai jenis virus korona baru," ujar Direktur National Institute for Communicable Disease Control and Prevention Xu Jianguo, dikutip laman South China Morning Post, Kamis (9/1).
Xu mengatakan telah mengambil sampel dari beberapa pasien di Wuhan. Dia menemukan 15 hasil positif dari virus korona baru. Kendati demikian dia menyebut identifkasi awal perlu ditindaklanjuti dengan penelitian lebih mendalam.
Virus korona adalah keluarga virus yang menyebabkan berbagai penyakit dalam tingkat keparahan, mulai dari pilek hingga sindrom pernapasan akut mematikan atau SARS. Dari enam virus korona manusia yang diketahui sebelumnya, empat di antaranya umum dan hanya menyebabkan gejala pernapasan kecil seperti flu.
Sementara dua lainnya adalah SARS dan sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS). Lebih dari 700 orang di seluruh dunia terbunuh akibat SARS. Sedangkan MERS menyebabkan 449 orang tewas pada 2015. Xu Jianguo mengungkapkan belum ada obat atau vaksin untuk menangani virus korona jenis baru tersebut.
"Mungkin perlu bertahun-tahun bagi para peneliti untuk mengembangkan obat-obatan serta vaksin," ujarnya.
Penumpang kereta di Hong Kong mengenakan masker sebagai perlindungan kesehatan. Di China daratan dan Hong Kong muncul kasus pneumonia berat yang bermula dari kota Wuhan.
Perwakilan WHO untuk Cina Dr Gauden Galea mengungkapkan identifikasi awal virus korona jenis baru dalam waktu singkat merupakan pencapaian penting. Menurutnya hal itu dapat membantu otoritas berwenang di negara lain untuk mendeteksi dan merespons wabah. Namun dia menegaskan informasi yang lebih komprehemsif dibutuhkan untuk memahami apa pemicu wabah dan cara menanganinya dalam beberapa pekan mendatang.
"Penyelidikan lebih lanjut juga diperlukan untuk menentukan sumber, cara penularan, tingkat infeksi, dan penanggulangan," ujarnya.
WHO, kata Galea, akan terus memantau situasi dengan cermat dan siap memberikan dukungan teknis kepada Cina untuk menyelidiki wabah tersebut. Sebelumnya otoritas media di Wuhan mengesampingkan SARS, MERS, dan flu burung sebagai penyebab wabah.
Ahli penyakit menular dari University of Hong Kong Dr Ho Pak-leung menyarankan agar investigasi turut fokus pada rantai pasokan hewan yang dijual di pasar. Virus korona diketahui dapat menginfeksi mamalia seperti babi, sapi, kucing, anjing, unta, kelelawar, tikus, termasuk manusia.
Menurut Ho Pak-leung jika virus datang dari rantai pasokan itu, hewan yang membawa virus korona bisa saja mencapai lokasi lain. "Akan diperlukan untuk memeriksa rantai pasokan sesegera mungkin dan melihat apakah (hewan) serupa dipasok di pasar basah lainnya di luar Wuhan," ujarnya.
Wabah pneumonia di Wuhan cukup memicu kecemasan. Sebab hal itu terjadi menjelang liburan Tahun Baru Imlek pada akhir Januari mendatang. Sekitar 1,4 miliar warga Cina akan mudik ke kota-kota asal mereka atau berlibur ke luar negeri.
Pemerintah Cina memperkirakan akan ada 440 juta perjalanan dengan menggunakan kereta api dan 79 juta perjalanan dengan pesawat. Chief Engineer di Kementerian Transportasi Cina Wang Yang mengatakan pihak berwenang akan meningkatkan upaya untuk mencegah penyebaran pneumonia lebih lanjut selama masa liburan. Termasuk memastikan disinfeksi yang tepat di pusat transportasi umum utama.
Pada Ahad pekan lalu, Komisi Kesehatan Kotamadya Wuhan melaporkan bahwa 59 warganya dirawat karena penyakit pernapasan. Tujuh di antaranya berada dalam kondisi kritis, sedangkan sisanya cukup stabil.
Pada 2002-2003, Cina dilanda wabah SARS. Lebih dari 8.000 orang terinfeksi penyakit tersebut. Jumlah korban tewas akibat SARS lebih dari 700 orang. Pejabat Cina dituduh menutup-nutupi wabah itu selama berpekan-pekan.
Setelah jumlah korban tewas meningkat dan desas-desus beredar, Pemerintah Cina akhirnya mengungkap peredaran wabah tersebut.