Rabu 15 Jan 2020 22:09 WIB

Rouhani Ingatkan Barat Agar Tarik Pasukan dari Timur Tengah

Rouhani menyebut pasukan Amerika dan sekutunya kemungkinan berada dalam bahaya.

Rep: Kamran Dikrama/ Red: Andri Saubani
Presiden Iran Hassan Rouhani. (ilustrasi)
Foto: Iranian Presidency Office via AP
Presiden Iran Hassan Rouhani. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Presiden Iran Hassan Rouhani meminta Barat menarik pasukannya dari Timur Tengah. Dia memperingatkan, bahwa mereka mungkin berada dalam bahaya jika tetap bertahan di wilayah tersebut.

"Hari ini tentara Amerika dalam bahaya. Besok tentara Eropa bisa dalam bahaya," kata Rouhani dalam pidato yang disiarkan pada Rabu (15/1), dikutip laman Aljazirah.

Baca Juga

Rouhani tak menjelaskan lebih detail perihal pernyataannya. Komentar tersebut muncul setelah Inggris, Prancis, dan Jerman menentang Iran karena telah melanggar ketentuan atau komitmen yang tertuang dalam perjanjian nuklir atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA). Ketiga negara tersebut telah mengaktifkan dispute resolution mechanism atau mekanisme penyelesaian sengketa guna memaksa Iran mematuhi JCPOA.

Pengaktifan mekanisme tersebut dapat berujung pada penerapan kembali sanksi terhadap Teheran oleh PBB. Pada Selasa lalu, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengusulkan agar JCPOA diganti dengan kesepakatan baru yang dirancang oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Menurut Johnson hal tersebut guna memastikan Iran tak mengembangkan dan memiliki senjata nuklir. Trump pun telah menyatakan kesiapannya untuk membentuk kesepakatan nuklir baru.

Trump diketahui telah menarik AS dari JCPOA pada Mei 2018. Dia menilai JCPOA cacat karena tak mengatur tentang program rudal balistik dan peran Iran dalam konflik kawasan.

Trump kemudian menerapkan kembali sanksi ekonomi berlapis terhadap Teheran. Sanksi tersebut membidik beragam sektor, mulai dari energi hingga keuangan. Saat ini hubungan Iran dan AS masih memanas menyusul kematian Komandan Pasukan Quds Mayor Jenderal Soleimani. Iran sempat menyatakan tak akan lagi terikat dalam JCPOA setelah kejadian itu.

Adapun, Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan tentang potensi terjadinya konflik global akibat ketegangan di Timur Tengah. Menurutnya, pembicaraan serius mengenai keamanan dan stabilitas internasional sangat dibutuhkan saat ini.

"Konflik regional bisa secara luas berubah menjadi ancaman bagi keamanan internasional. Ada kebutuhan serius untuk memibicarakan tentang stabilitas dan keamanan tatanan dunia," kata Putin saat berpidato di Majelis Federal Rusia, Rabu (15/1), dikutip laman kantor berita Rusia, TASS.

Dia berpendapat dunia telah melihat bagaimana perkembangan di Timur Tengah, termasuk Afrika Barat, yang tak terprediksi serta tak terkontrol dalam beberapa pekan terakhir. "Saya yakin waktunya telah tiba untuk diskusi yang sungguh-sungguh tentang prinsip-prinsip dasar tatanan dunia yang stabil serta masalah-masalah yang memanas, yang dihadapi umat manusia," ujarnya.

Terkait hal ini, semua pihak harus menunjukkan kemauan politik, kebijaksanaan, dan keberanian. "Negara-negara pendiri PBB harus memberikan contoh. Lima kekuatan nuklir memikul tanggung jawab khusus untuk pelestarian dan pembangunan berkelanjutan umat manusia," kata Putin.

Ia berpendapat, lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB harus mulai menetralisir ancaman perang global dan menghasilkan pendekatan baru guna memastikan stabilitas dunia. Hal itu dengan sepenuhnya mempertimbangkan aspek politik, ekonomi, dan militer dari hubungan internasional modern.

"Rusia terbuka untuk memperkuat kerja sama dengan semua mitra yang tertarik. Kami tidak mengancam siapa pun dan tidak berusaha memaksakan kehendak kami," ujar Putin.

 
photo
Jejak Qasem Soleimani

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement