REPUBLIKA.CO.ID,
Oleh Inas Widyanuratikah
Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 147 Jakarta pada Ahad (19/1) terlihat dijaga ketat petugas keamanan. Tak sembarang orang boleh masuk ke sekolah itu.
“Enggak bisa (masuk), harus pakai izin,” kata penjaga sekolah ketika Republika meminta izin memasuki kompleks sekolah.
Dari luar gerbang sekolah, bangunan berlantai empat di Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur, itu terlihat megah. Lingkungannya pun terlihat rapi dan bersih. Sekolah tersebut memiliki lapangan yang cukup luas. Beberapa mobil terlihat terparkir di lapangan tersebut.
Di sekolah inilah salah seorang siswi berinisial SN diduga bunuh diri dengan cara melompat dari lantai empat. Kasus dugaan bunuh diri ini ramai dibicarakan di media massa dan media sosial. Masyarakat bertanya-tanya perihal apa yang sebenarnya terjadi kepada siswi kelas VIII tersebut.
Pada Ahad (18/1) Republika mencoba menelusuri bagaimana peristiwa yang sebenarnya terjadi. Lokasi SMPN 147 Jakarta berada di Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur. Sekolah tersebut berada di ujung gang yang tidak terlalu jauh dari jalan utama.
Beberapa wartawan menunggu di depan pintu gerbang sekolah. Mereka juga tidak diizinkan masuk oleh penjaga sekolah saat itu.
Sekitar pukul 12.30 WIB, terlihat beberapa mobil keluar masuk gerbang sekolah tersebut. Tapi, wartawan yang menunggu masih tidak diizinkan untuk masuk meliput dengan alasan membutuhkan izin.
Republika mencoba menghubungi keluarga korban melalui media sosial salah satu kakak SN, Dita. Namun, kakak SN tersebut tidak bersedia memberikan keterangan. Sang ayah, kata Dita, sudah dipanggil kepolisian dan menjelaskan kejadiannya. Dia meminta agar pihak polisi langsung yang menjelaskan bagaimana perkembangan kasus SN.
Dihubungi secara terpisah, Kasat Reskrim Polres Jakarta Timur AKBP Heri Purnomo mengatakan, saat ini, pihaknya masih menggali informasi dari teman-teman SN. Ia mengaku, membutuhkan waktu yang cukup lama karena saksi-saksi kebanyakan adalah teman sekolah SN yang masih tergolong usia anak.
“Kita masih dalami lagi. Tapi kan karena saksinya banyak dari teman-teman dia, otomatis kita nggak bisa barengan memeriksanya. Kita harus pelan-pelan ke teman-temannya ini,” kata Heri.
Heri melanjutkan, pihaknya sudah memanggil ayah SN, tapi masih sebatas pertanyaan awal yang singkat. Oleh sebab itu, kepolisian akan kembali memanggil keluarga SN untuk memberikan pertanyaan lebih mendalam.
Pernyataan dari keluarga, kata Heri, masih sangat diperlukan. Selain itu, pihaknya juga akan meminta keterangan dari pihak keluarga dan sekolah bersangkutan dengan perisitiwa yang terjadi pada SN.
“Kita dalami nanti posisinya karena situasinya di sana sekolahan. Maka, kita harus hati-hati juga karena menyangkut anak, kan,” kata Heri menegaskan.
Peristiwa yang menewaskan SN itu terjadi pada Selasa (14/1). Diduga, SN melakukan percobaan bunuh diri pada sore hari. Namun, polisi masih mendalami apakah SN benar bunuh diri atau kecelakaan.
SN diduga melompat dari lantai empat sekolahnya dan menyebabkan dirinya terluka parah. Saat itu, sekolah membawa SN ke Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, dalam kondisi masih hidup.
Dua hari kemudian atau Kamis (16/1), Heri menjelaskan, SN akhirnya tidak bisa bertahan dan meninggal dunia. “Kita dapat informasi itu, kita cek di lapangan. Kita butuh waktu memang,” kata Heri menjelaskan.
Pada awalnya peristiwa tersebut dianggap sebagai sebuah kecelakaan. Namun, insiden tersebut dilaporkan ke polisi setelah SN meninggal. Polisi pun menduga ada indikasi bunuh diri dalam insiden tersebut. Heri pun mengatakan, motif bunuh diri tersebut yang akan didalami lebih lanjut.
Beredar informasi bahwa terjadi perundungan terhadap SN di sekolah. Namun, pihak sekolah membantah hal tersebut. Kepala SMP 147 Jakarta Narsun menjelaskan, setiap hari, pihaknya melakukan pengawasan dan pembinaan untuk mencegah perundungan.
n ed: mas alamil huda