REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY melakukan investigasi terhadap warga yang terinfeksi antraks di Gunungkidul. Hal ini dilakukan agar diperoleh gambaran warga yang terinfeksi secara epidemiologi.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (P2P Dinkes) DIY, Berty Murtiningsih mengatakan, investigasi ini dilakukan bersama dengan Dinkes Gunungkidul. Sehingga, dapat diketahui penyebab penularan virus antraks terhadap warga dan cara menanganinya dengan tepat.
"Setiap ada kejadian penyakit pada manusia selalu dilakukan penyidikan epidemiologinya berdasarkan orang, tempat, dan waktu di lokasi kejadian agar dapat diperoleh gambaran penyakit secara epidemiologis," kata Berty, kepada Republika, Selasa (21/01).
Selain itu, pihaknya juga turut melakukan penanganan terhadap warga yang terinfeksi antraks. Yakni dengan melakukan perawatan rutin dan pengobatan terhadap warga yang terinfeksi.
"Dinkes DIY juga membantu Gunungkidul dalan survai lingkungan, pengambilan dan pengiriman sampel manusia dan lingkungan ke lab," ujarnya.
Walaupun begitu, untuk mengantisipasi kejadian yang serupa ke depannya, sosialisasi juga dilakukan kepada masyarakat. Termasuk, pelatihan terhadap tenaga kesehatan baik di pusat kesehatan seperti puskesmas hingga rumah sakit juga dilakukan.
"Kita juga lakukan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) kepada masyarakat serta melatih kembali tenaga kesehatan di pusat kesehatan dan RS," katanya.
Sebelumnya, sebanyak 27 warga di Kecamatan Ponjong dan Semanu, Kabupaten Gunungkidul, DIY, dinyatakan positif antraks. Mereka terinfeksi setelah mengonsumsi daging hewan ternak yang mati karena terpapar antraks.
Kepala Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Dinkes Gunungkidul, Sumitro mengatakan, pada 4 Januari 2020 pihaknya menemukan 540 orang terpapar antraks di Dusun Ngerejek Wetan, Kecamatan Ponjong, dan 60 orang di Kecamatan Semanu.
Menurut Sumitro, dari total itu, sebanyak 78 orang ada suspect gejala klinisinya. Sementara itu, uji laboratorium melibatkan sampel dari 87 orang, sebanyak 54 orang diambil darahnya dan 11 orang menjalani swipe luka.
"Yang positif antraks ada 27 orang, untuk yang di-swipe lukanya negatif antraks," kata Sumitro.