Jumat 24 Jan 2020 19:27 WIB

Dirut Baru Fokus Persoalan Utang garuda

Irfan menegaskan Garuda tetap akan mengupayakan perusahaan harus tetap profit.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Dwi Murdaningsih
Pesawat Garuda Indonesia dan beberapa maskapai lainnya di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten.
Foto: Republika TV/Wisnu Aji Prasetiyo
Pesawat Garuda Indonesia dan beberapa maskapai lainnya di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA – Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra memastiakan persoalan utang Garuda akan menjadi fokus utama yang diilakukan. Irfan mengatakan sudah membicarakan solusi untuk mengatasi utang Garuda saat ini.

"Jadi ada beberapa alternatif yang coba kita lihat. Memang utang jatuh tempo sebentar lagi. Jadi kita lakukan upaya-upaya untuk negosiasi dan cari utang baru," kata Irfan di Gedung Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Jumat (24/1).

Baca Juga

Meskipun mencari utang baru, Irfan menegaskan Garuda tetap akan mengupayakan perusahaan harus tetap profit. Dengan bsgitu menurutnya pengurangan utang akan tetap terjadi jika perusahaan tetap profit.

"Karena kalau nggak profit, utang meningkat. Itu jadi perhatian kita," ujar Irfan.

Irfan mengatakan dirinya juga akan melakukan negosiasi dengan pabrikan dan juga pihak yang menyewakan pesawat untuk operasional Garuda. Sebab, kata dia, jika melihat struktur biaya cukup besar dari biaya sewa pesawat selain avtur.

Dia menambahkan upaya tersebut tidak akan berdampak kepada unsur keselamatan penerbangan Garuda. Menurutnya negosiasi yanga kan dilakukan memili banyak pilihan namun harus disesuaikan dengan kondisi pasar.

"Jadi kita lihat hari ini sangat fokus membangun tim yang kuat. Kalau perlu hire konsultan dan negosiater untuk memastikan dapat harga yang bagus untuk menekan biaya," ungkap Irfan.

Jika dimungkinkan, dia mengatakan biaya sewa pesawat akan ditekan, lalu mendapatkan profit, dan membayar utang. Utang baru pun menurutnya bisa dilakukan untuk mendapatkan armada baru.

"Inilah siklusnya. Tipikal maskapai kan memang berutang. Kita harus lalukan negosiasi," ujar Irfan.

Jika melihat data laporan keuangan, total kewajiban termasuk utang Garuda per September 2019 naik menjadi 3,51 miliar dolar AS. Sebelumnya, pada Desember 2018 sebesar 3,44 miliar dolar AS.

Sebelum Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada Rabu (22/1), Garuda sudah membatalkan rencana menerbitkan instrumen surat utang. Tadinya, Garuda akan menerbitkan sukuk senilai 900 juta dolar AS.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement