REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Kota Surakarta sudah menyiapkan lokasi sementara untuk pedagang kaki lima (PKL) Purwosari seiring dengan rencana penutupan kawasan tersebut karena pembangunan jembatan layang Purwosari.
"Bekas SPBU Jongke akan menjadi lahan alternatif untuk penampungan para PKL," kata Kepala Dinas Perdagangan Kota Surakarta Heru Sunardi di Solo, Kamis (30/1).
Ia mengatakan untuk waktu relokasi akan dilakukan berdekatan dengan dimulainya pembangunan proyek jembatan layang tersebut. Sebagaimana diketahui, untuk relokasi akan dilakukan paling lambat pada tanggal 3 Februari, sedangkan untuk penutupan kawasan Purwosari akan dimulai pada tanggal 5 Februari 2020.
Berdasarkan data, dikatakannya, ada sebanyak 60 PKL yang berdagang di "city walk". Sesuai dengan rencana, seluruhnya diarahkan masuk ke lahan bekas SPBU Jongke dan tidak boleh memilih di lokasi lain.
Menurut dia, relokasi tidak hanya dilakukan kepada para PKL tetapi juga pedagang pasar tradisional. Dinas Perdagangan mencatat ada sebanyak 100 pedagang di pasar tradisional yang akan direlokasi di pasar darurat.
"Para pedagang pasar ini kami relokasi sementara sembari menunggu revitalisasi pasar," katanya.
Sebagaimana diketahui, bersamaan dengan pelaksanaan proyek jembatan layang Purwosari, Pemerintah Kota Surakarta berencana merevitalisasi Pasar Purwosari. Oleh karena itu, seluruh pedagang dipindahkan ke lokasi pasar darurat di bekas SPBU Jongke mengingat lokasi sekitar dipastikan tidak mampu mewadahi untuk dijadikan pasar darurat.
"Kalau sesuai jadwal seharusnya bulan April sudah mulai dibangun. Ada anggaran sekitar Rp3,5 miliar dari Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk pembangunan pasar ini," katanya.
Terkait jadwal pembangunan antara jembatan layang dengan Pasar Purwosari yang bersamaan, pihaknya sudah meminta konsultan perencaan untuk mempelajari rencana pembangunan jembatan layang.
"Tujuannya agar bisa tersambung dengan pelaksanaan revitalisasi, ini termasuk mempertimbangkan lokasi pasar daruratnya," katanya.