REPUBLIKA.CO.ID, SAN FRANSISCO -- Pemimpin baru Alphabet Inc, perusahaan induk Google, Sundar Pichai, memenuhi janji kepada para investor untuk mengungkapkan angka penjualan. Tapi, saham perusahaan nyatanya harus turun lima persen seiring dengan bisnis iklan Google dan data baru mengenai Youtube dan Google Cloud tidak sesuai ekspektasi.
Pichai telah berupaya menahan laju perlambatan pendapatan di bisnis periklanan dengan menunjuk unit-unit perusahaan yang lebih muda. Tapi kebijakan itu membuat pendapatan dari layanan video streaming Youtube hanya 15 miliar dolar AS per tahun, berada di bawah perkiraan awal yang mencapai 25 miliar dolar AS.
Pada kuartal keempat 2019, pendapatan kuartalan layanan cloud Google tumbuh 53 persen dibandingkan periode yang sama pada 2018. Nilai ini masih di bawah target perusahaan yang berupaya menyaingi rivalnya, Azure milik Microsoft Corp.
Dilansir Reuters pada Selasa (3/2), Azure melaporkan kenaikan penjualan kuartalan hingga 62 persen pada pekan lalu atau 39 persen apabila mempertimbangkan beberapa layanan cloud yang dijual Microsoft melalui unit lain.
Analis keuangan mengapresiasi atas upaya perusahaan untuk melaporkan data pendapatan Alphabet. Akan tetapi beberapa orang mempertanyakan eksekutif untuk kedua kalinya dalam empat kuartal terakhir mengenai pendapatan yang tidak memenuhi ekspektasi.
Tingkat penjualan Alphabet tercatat merosot di bawah 20 persen dalam tiga kuartal sepanjang 2019. Kondisi ini lebih intensif dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya mengalami penjualan di bawah 20 persen pada satu kuartal saja.
Alphabet membantah nilai tukar mata uang dan fitur yang terus menerus berubah menjadi alasan utama kondisi tersebut. Perusahaan memastikan dua faktor ini tidak berdampak terhadap pendapatan kuartalan.
Chief Financial Officer (CFO) Alphabet Ruth Porat menyebut perusahaan terus fokus mencari perhitungan dan penyampaian iklan yang lebih baik guna memberikan pengalaman kepada pengguna lebih maksimal. "Tapi, akan ada variabilitas yang mempengaruhi karena kami sangat fokus pada jangka panjang," tuturnya.
Setelah laporan keuangan perusahaan keluar, saham Alphabet turun sekitar 4,5 persen menyentuh 1,416 dolar AS. Analis di Atlantic Equities, James Cordwell, mengatakan bahwa pendapatan iklan Youtube yang terlalu buruk menjadi penyebab utama penurunan saham perusahaan.
"Pendapatan Youtube lebih kecil dari yang diharapkan. Namun di sisi lain, layanan mesin pencarian tetap berakselerasi dan tumbuh lebih cepat dari yang diperkirakan," ujar Cordwell.
Google, melalui layanan mesin pencari dan properti seperti Youtube, telah menjadi daya tarik terbesar bagi pengiklan selama satu dekade. Tren ini membuat perusahaan mencapai kapitalisasi pasar hingga 1 triliun dolar AS pada bulan lalu.
Tapi secara keseluruhan, kinerja Alphabet masih positif. Keseluruhan penjualan perusahaan pada kuartal keempat mencapai 46,08 miliar dolar AS, naik 17 persen dibandingkan perkiraan rata-rata analis, 46,94 miliar dolar AS.
Pengeluaran Alphabet sempat meningkat karena mempekerjakan ribuan sales, membangun pusat data baru, dan memasarkan merek Google melalui hardware dan usaha lainnya. Untuk kuartal keempat, total biaya dan pengeluaran Alphabet naik 18,5 persen dibandingkan tahun lalu menjadi 36,809 miliar dolar AS.
Laba kuartal keempat Alphabet sebesar 10,67 miliar dolar AS atau 15,35 dolar AS per saham. Nilai ini lebih tinggi dibandingkan estimasi rata-rata analis sebesar 8,78 miliar dolar AS atau 12,53 dolar AS per saham.
Porat menjelaskan penjualan perangkat keras turun pada kuartal keempat dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu. Kondisi ini diprediksi masih turun pada awal tahun 2020 mengingat adanya pemberhentian sementara di Asia sebagai upaya perusahaan mengantisipasi dampak penyebaran virus Corona di China.
Pada pekan lalu, Google menutup sementara semua kantornya di daratan China, Hong Kong, dan Taiwan karena virus Corona. Google tercatat memiliki ribuan insinyur di seluruh wilayah, termasuk pusat teknik perangkat keras di Taiwan.