REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengelolaan Bandara Komodo, Nusa Tenggara Timur (NTT) ditargetkan akan dipercepat pada Mei 2020 oleh perusahaan patungan PT Cinta Airport Flores (CAF) dengan anggota Changi Aiports International Pte Ltd, Changi Airport MENA Pte Ltd, dan perusahaan Indonesia PT Cardig Aero Service. Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi menegaskan dengan adanya pengelolaan tersebut bukan berarti dijual ke asing. "Bandara tidak dijual, konsorsium hanya mendapatkan izin konsesi selama 25 tahun," kata Budi di Gedung Kemenhub, Jumat (7/2).
Dia menjelaskan pengelola bandara tersebut akan menginvestasikan sejumlah uang sekitar Rp 1,2 triliun. Dengan begitu, anggaran pemerintah yang tadinya untuk pengembangan Labuan Bajo, Budi menegaskan selanjutnya bisa untuk membangun pelabuhan atau bandara yang lebih mebutuhkan seperti di Papua atau Aceh.
Budi menilai pengelolaan Bandara Komodo dengan skema kerja sama pemerintah dengan badan usaha (KPBU) tersebut akan mendukung pembangunan lima Bali baru. Salah satunya Labuan Bajo. "Saya minta investor serius dan Menteri Pariwisata bisa melakukan upaya tertentu seperti promosi dan lainnya," ungkap Budi.
Sementara itu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama menilai kerja sama dengan CAD menjadi hal yang sangat penting. Sebab, kata Wishnutama, Labuan Bajo menjadi destinasi super prioritas.
Wishnutama mengharapkan dengan pengembangan Bandara Komodo akan mendatangkan wisatawan mancanegara ke Labuan Bajo. "Ini jadi hal yang penting untuk kemajuan destinasi Labuan Bajo ke depannya," tutur Wishnutama.