REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pemilik The Great Asia Africa, Perry Tristianto berharap Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang (DBMPR) Provinsi Jawa Barat tidak begitu saja mengusulkan penutupan sementara tempat wisata yang dikelolanya di Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Perry berharap DBMPR memanggilnya terlebih dahulu untuk mengingatkan tata ruang apa saja yang telah dilanggar olehnya.
Perry mengatakan, seharusnya DBMPR memperingatkannya terlebih dulu jika memang diindikasikan ada sejumlah hal yang kurang sesuai peraturan.
"Harusnya saya dipanggil dulu. Kenapa saya, salahnya apa. Dilihat dari segi proposal-proposal, kita lihat dulu. Saya inginnya gitu, dipanggil dulu," ujar Perry kepada wartawan di Bandung, akhir pekan ini.
Saat ditanya tentang bangunan-bangunan di kawasan wisata tersebut yang menurut DBMPR Jabar didirikan di sempadan sungai dan di tanah dengan kemiringan di atas 30 derajat, pihaknya mengajak dinas tersebut memantau langsung ke lokasi untuk menyaksikannya.
"Tanya dulu ke kita, kita lihat ke sana, bener tidak. Seperti masalah sungai, itu anak sungai menurut saya. Kan kalau sungai ada namanya. Itu selokan besar," katanya.
Perry berharap, kalau memang tetap salah, DBMPR memberi tahu pada pihaknya. "Atau apa kita ada pencemaran, justru kita siapkan di hulunya empat orang untuk urus sampah dari hulu," katanya.
Perry pun mengaku, pihaknya sudah mengantongi rekomendasi dari Pemprov Jabar untuk mengembangkan kawasan wisata di Kawasan Bandung Utara (KBU) tersebut. IMB dari Kabupaten Bandung Barat masih dalam proses karena butuh beberapa kajian lagi, namun dirinya sudah mengantongi resi perizinan tersebut.
Saat ditanya tentang pernyataan DBMPR Jabar yang menyatakan tempat wisata baru ini beroperasi sebelum izin dikeluarkan, Perry mengatakan pihaknya sudah mengantongi rekomendasi KBU.
"Saat kami membangun tempat wisata itu, kami tidak ditegur pemerintah," katanya.
Perry pun menyesalkan pernyataan dari dinas tersebut yang membuat masyarakat resah. Sehingga, ribuan calon pengunjung yang akan ke kawasan tersebut pun membatalkan kunjungannya akhir pekan ini.
"Kerugian sangat banyak. Nama, dari segi finance, saya kan dari bank. Tapi saya jalanin saja lah," kata Perry.
Perry mengaku kaget, dengan ada pernyataan harus tutup dulu. Selama ini pun, kata Perry, pihaknya selalu menghadiri pertemuan dengan berbagai instansi pemerintah membahas sejumlah perkembangan mengenai kawasan wisata yang terus menyedot animo masyarakat tersebut.
Dia mencontohkan, mengenai kepadatan lalu lintas yang terjadi di Jalan Raya Bandung-Lembang, sekitar kawasan wisata baru tersebut. Dirinya, sudah menghadiri undangan dari Dishub Jabar dan Polda Jabar untuk membicarakan solusi mengenai kepadatan lalu lintas tersebut.
Dari pertemuan ini, kata dia, akhirnya muncul kajian untuk membuat jembatan penyeberangan orang (JPO) dari Farmhouse ke The Great Asia Africa.
"Kalau ada salah, panggil dulu, tinggal beresin. Seperti JPO, itu ide dari Dirlantas. Kita rapat terus di Dirlantas tentang banyak orang yang menyeberang, kemudian timbul ide JPO ke Farmhouse. Itu sebelum saya buka, baru resi," kata Perry.
Mengenai penyediaan lahan parkir, kata dia, pihaknya sudah menyediakan lahan parkir kapasitas 400 mobil di kawasan The Great Asia Africa. Di Farmhouse yang ada di seberangnya pun disediakan lahan parkir kapasitas 250 mobil. Pihaknya sudah menyewa lahan di sekitar kawasan tersebut dan meratakan sejumlah bangunan untuk lahan parkir.
"Tapi kalau yang datang 1.000 mobil, saya tidak tahu. Saya waktu bikin kajian itu, tidak tahu bakal ada 1.000 mobil. Tapi semua sudah disiapkan. Tapi kalau animo lebih dari itu, saya juga bingung," katanya.