REPUBLIKA.CO.ID, KULON PROGO -- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kulon Progo, Yogyakarta, menargetkan jalan bawah tanah atau underpass Kemiri di Kecamatan Pengasih selesai tahun ini. Nantinya underpass diandalkan untuk mengantisipasi kemacetan di Kota Wates setelah Bandara Internasional Yogyakarta beroperasi penuh.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kulon Progo, Agus Langgeng Basuki, mengatakan, Bandara Internasional Yogyakarta akan beroperasi penuh Maret mendatang. Pengoperasian bandara akan berdampak pada frekuensi jalur kereta semakin tinggi.
Agus menjelaskan, Kota Wates memiliki banyak perlintasan kereta dengan volume kendaraan sangat tinggi. Di sisi lain, frekuensi kereta api tinggi, sehingga akan berdampak pada kemacetan di Kota Wates.
"Untuk itu, kami menargetkan jalan bawah tanah Kemiri selesai pada 2020 ini, sehinggadiharapkan memecah kemacetan di Kota Wates," kata Langgeng, Kamis (20/2).
Ia mengatakan, kebutuhan anggaran pembangunan jalan bawah tanah Kemiri sebesar Rp 16 miliar. Alokasi anggaran pada APBD 2020 sebesar Rp 4,9 miliar, dan tambahan mendahului alokasi APBD Perubahan 2020 sebesar Rp 600 juta.
Total anggaran pengerjaan jalan bawah tanah Kemiri tahap pertama Rp 5,5 miliar. Sisa kekurangan anggaran sebesar Rp 11,5 miliar akan dianggarkan pada APBD Perubahan 2020.
"Anggaran akan digunakan untuk menyelesaikan drainase dan pembuatan talud atau dinding yang menuju jalan bawah tanah. Kemudian, pembangunan penyelesaiannya jalan bawah tanah Kemiri akan dilanjutkan pada APBD Perubahan 2020," katanya.
Langgeng mengatakan, pembaharan rancangan APBD Perubahan 2020 akan dilaksanakan satu bulan lebih awal dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Pada umumnya, pembahasan APBD perubahan dilakukan Oktober, maka tahun ini akan diajukan menjadi September.
"Pembangunan jalan bawah tanah Kemiri menjadi prioritas utama Pemkab Kulon Progo mengantisipasi kemaceten Kota Wates akibat pengoperasian Bandara Internasional Yogyakarta dan perkembangan pembangunan aerotropolis," katanya.