REPUBLIKA.CO.ID, Kekuatan kaum musyrikin yang berjumlah lebih dari seribu orang pada Perang Badar tampak besar jika dibandingkan dengan kaum Muslimin yang hanya berjumlah sekitar 310 orang.
Rasulullah SAW memahami kenyataan ini dengan kacamata manusiawinya. Dengan naluri halus kenabiannya, beliau berdoa kepada Allah hingga selendangnya terjatuh dari pundaknya. ''Ya Allah, penuhilah apa yang telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah, jika Engkau memusnahkan kelompok pemeluk Islam ini, maka Engkau tidak akan pernah disembah lagi di muka bumi.''
Atas doa ini Allah SWT memberikan jawaban, ''Ingatlah ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu Dia memperkenankanmu, 'Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut', Allah tidak menjadikannya kecuali sebagai kabar gembira dan agar hatimu menjadi tenteram karenanya. Kemenangan itu hanyalah dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah mahaperkasa lagi mahabijaksana.'' (QS Al-Anfal: 9-10)
Benarlah janji Allah yang telah menunjuk tentara-tentaranya untuk membela din-Nya dari segala bentuk kezaliman. ''Dan kepunyaan Allahlah tentara langit dan bumi dan Allah maha-mengetahui lagi mahabijaksana.''
Para ulama sepakat tentara Allah adalah semua makhluk-Nya yang senantiasa bertasbih, memuji-Nya, dan menjadi penolong-penolong Allah dengan izin-Nya. Tentara Allah di langit adalah Malaikat, awan, hujan, termasuk fenomena alam, seperti petir, kabut, dan sambaran kilat.
Mungkinkah tentara Allah yang telah mengambil peran penting dalam kasus ini? Mungkinkah Allah SWT memberikan peringatan awal-Nya dan hendak menggetarkan para pelaku perusakan di bumi dengan menurunkan bala bantuan dari langit? Banyak kasus telah membuktikan. Keimanan memang tidak selalu memuaskan persepsi manusia, tetapi lebih sering menuntut persepsi rohaniah dan kebeningan jiwa.