REPUBLIKA.CO.ID, Al-Fudhail bin 'Iyadh, salah seorang guru Imam Syafi'i, konon sebelum bertobat adalah seorang pencuri dan perampok. Pada suatu malam ketika ia hendak mencuri di rumah seseorang, ia mendengar pemilik rumah sedang membaca Alquran. Ayat yang dibaca adalah surat Al-Hadid 16: ''Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk menundukkan hatinya mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka) ....''
Mendengar bacaan ayat itu, Al Fudhail bin 'Iyadh terkesima, kalbunya seakan luruh dan benar-benar tunduk pada peringatan Allah SWT. Dari lidahnya terlontar kata-kata yang berasal dari batinnya, ''Ya Allah, sudah tiba waktunya bagi kalbuku ini untuk tunduk dan bersimpuh di bawah ridha dan karunia-Mu.'' Perbuatan maksiat merupakan wujud pelanggaran terhadap perintah dan larangan yang telah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya.
Maksiat dapat dilakukan hati, lisan, dan perbuatan. Yang jelas, semua perbuatan maksiat termasuk mencuri, merampok, dan korupsi membawa ketidaktenangan batin para pelakunya. Karena itulah orang yang berbuat maksiat sebenarnya mudah bimbang dan goyah, sehingga tidak istiqamah dalam kemaksiatannya. Di sinilah peran kesungguhan para ulama, ustaz, dai, dan siapa saja yang peduli pada ajaran agama, untuk membimbing mereka kembali pada kebenaran.
Aktivitas kedua pihak, yaitu kesungguhan para penganjur Islam dan tobatnya para pelaku maksiat, merupakan bukti keimanan mereka dalam ber-amar ma'ruf nahi munkar. Rasulullah SAW bersabda, ''Tidak beriman salah seorang di antara kalian hingga ia menjadikan hawa nafsunya tunduk pada apa yang aku bawa.'' (Alquran dan sunah).
Dalam kesempatan ini, marilah kita becermin pada luruhnya hati seorang perampok di hadapan ulama bersar, Imam Al-Ashma'i, ketika dibacakan ayat: ''Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezekimu dan terdapat (pula) yang dijanjikan kepadamu.'' (QS Adz-Dzaariyaat 22).
Pedang yang sudah terhunus ke arah Imam Al Ashma'i jatuh tidak terasa dari tangan si perampok lalu ia berdoa, ''Ya Tuhan-ku, Mahasuci Engkau, ya Allah! Engkau telah menjamin rezekiku di langit, namun aku masih melanggarmu. Demi Allah, sejak kini aku akan menghentikan pekerjaan hinaku ini untuk selama-lamanya. Aku bertobat kepada-Mu, ya Allah.''