Rabu 26 Feb 2020 01:17 WIB

Kanker Payudara di Kota Bogor Alami Peningkatan

Ada banyak hal yang bisa menjadi penyebab kanker payudara.

Rep: Nugroho Habibi / Red: Agus Yulianto
 Hasil mammogram payudara, tes untuk mendeteksi kanker. Sebuah studi mengindikasikan bahwa MRI sebagai pelengkap mammogram pada perempuan dengan payudara padat dapat membantu menemukan kanker, tapi juga banyak alaram palsu yang dibunyikan.
Foto: AP
Hasil mammogram payudara, tes untuk mendeteksi kanker. Sebuah studi mengindikasikan bahwa MRI sebagai pelengkap mammogram pada perempuan dengan payudara padat dapat membantu menemukan kanker, tapi juga banyak alaram palsu yang dibunyikan.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Penyakit kanker payudara masih menjadi salah satu penyakit mengkhawatirkan bagi wanita di Indonesia. Tak terkecuali bagi wanita di Kota Bogor.

Berdasarkan data Yayasan Kanker Indonesia (YKI), kanker payudara terus mengalami peningkatan. Tahun 2017, sebanyak 162 orang di Kota Bogor menderita kanker payudara. Pada 2018 kanker payudara meningkat dengan jumlah 189 orang. Tahun 2019 jumlah penderita kanker payudara mengalami peningkatan hampir dua kali lipat dengan jumlah menjadi 226 orang.

Kepala Seksi Penyakit tidak Menular Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor Firy Triyanti mengatakan, kanker payudara dapat berawal dari lobulus (kelenjar yang menghasilkan susu) dan saluran payudara. Secara rinci, Firy menjelaskan, kondisi itu terjadi diakibatkan adanya pertumbuhan sel yang tidak normal pada payudara.

Biasanya, sambung dia, kanker payudara diiringi dengan kulit di sekitar payudara berubah menjadi keras, menebal, memerah dan kasar. Namun, dia mengatakan, gejala tersebut tidak selalu menunjukkan kanker payudara.

Firy mengatakan, ada banyak hal yang bisa menjadi penyebab kanker payudara. di antaranya genetik, hormon dan kebiasaan yang menjadi gaya hidup. “Penyebab munculnya sel kanker di payudara ini bisa karena meliputi faktor genetik, hormon dan lingkungan," kata Firy di Kota Bogor, Selasa (25/2).

Dia menuturkan, sekitar lima hingga 10 persen kasus kanker payudara, terjadi akibat adanya anggota keluarga dengan sejarah penyakit yang sama. Karena itu, dia menyatakan, genetik memainkan peran untuk meningkatkan risiko kanker payudara.

Dia menjelaskan, wanita wanita maupun pria memang memiliki hormon seks. Namun wanita memiliki kadar hormon lebih tinggi dari angka normal pria. Dengan demikian, wanita lebih besar memiliki risiko terkena kanker payudara.

“Selain faktor genetik dan hormon, gaya hidup buruk juga bisa menjadi penyebab kanker payudara,” jelasnya.

Firy memaparkan, sejumlah langkah yang dapat diambil untuk menurunkan risiko terkena kanker payudara. Dia menjelaskan, baik wanita maupun pria dapat membatasi konsumsi daging olahan, memperbanyak aktivitas fisik, tidak merokok, rutin memeriksa kesehatan, menerapkan pola hidup sehat.

Khusus bagi wanita, Firy menyarankan, agar mengganti atau mencoba kontrasepsi lain dan melakukan aktivitas menyusui. “Kalau wanita diusahakan harus menyusui selama enam bulan. Karena dengan memberikan ASI eksklusif pada bayi dapat membantu menurunkan risiko kanker payudara," kata dia.

Direktur Utama Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bogor Ilham Chaidir menjelaskan, sejak 2019, RSUD Kota Bogor telah menangani sebanyak 1.840 pasien rawat jalan pengidap kanker payudara. Ilham menilai angka tersebut kemungkinan akan bertambah.

Awal 2020 saja, jumlah secara keseluruhan pasien rawat jalan pengidap kanker payudara sudah mencapai 717 pasien. “Yang rawat inap 2019 kemarin ada 287 pasien, kalau 2020 ini baru 7 pasien (Januari-Februari),” ujar Ilham.

Ilham menuturkan, untuk pengobatan kanker RSUD telah melakukan pengobatan kemoterapi. Setidaknya, pihaknya telah menangani sebanyak 650 pasien pada tahun 2019.

“Di tahun ini (2020) sudah 210 pasien yang kita tangani untuk menjalani kemoterapi,” ucapnya.

Ilham menyatakan, RSUD harus hadir untuk menurunkan jumlah pengidap kanker di Kota Bogor. Ke depan, dia menjelaskan, akan berupaya untuk memberikan fasilitas berupa pusat pelayanan kanker.

“Ke depan tentu kami mesti berpikir bagaimana kami bisa ikut ambil bagian dalam penanganan kanker di Kota Bogor ini, minimal kita harus mampu melakukan ongkologi (sub bidang medis yang mempelajari dan merawat tentang penanganan kanker)," ucapnya.

Dengan hadirnya pusat pelayanan kanker, pihaknya dapat membantu masyarakat yang menderita penyakit kanker. Tak hanya itu, dia mendorong agar masyarakat juga melakukan pencegahan melalui pola hidup bersih dan sehat.

“Perbanyak juga makan sayur dan buah, karena penyakit degeneratif ini mahal pengobatannya,” ucapannya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement