REPUBLIKA.CO.ID, Fatimah lahir di Makkah, dari rahim Khadijah. Ia merupakan putri bungsu Muhammad SAW dengan Khadijah setelah Zainab, Ruqqayah, dan Ummu Kultsum. Baik Khadijah maupun Muhammad SAW dilanda kegembiraan yang membuncah saat Fatimah lahir.
Dikutip dari buku Khadijah The True Love Story of Muhammad, Khadijah bahkan begitu takjub saat melihat wajah Fatimah ketika baru lahir. "Lihatlah Muhammad, betapa mirip wajah anak ini dengan wajahmu. Bahkan, di antara seluruh manusia, paras muka inilah yang paling menyerupai cemerlang paras wajahmu. Betapa cantik ia. Betapa ia akan membahagiakan kita," kata Khadijah.
Peristiwa demi peristiwa dialami Fatimah ketika ayahnya, Muhammad SAW, berjuang menyebarkan risalah Ilahi. Ia merasakan pula, ketika ia masih berusia sekitar 14 tahun, boikot yang dilakukan kelompok Quraisy di Makkah terhadap Muhammad SAW dan Muslim.
Boikot ini membuat akses ekonomi bagi umat Islam kala itu terhambat. Muhammad SAW dan pengikutnya kemudian meninggalkan Makkah, hijrah ke Madinah. Ia terus mendampingi ayahnya meniti jalan dakwah hingga kemudian ia menjelma menjadi putri kesayangan Muhammad SAW.
Bahkan, Muhammad mengungkapkannya secara terbuka. "Fatimah adalah bagian dari diriku. Siapa yang menyakitinya berarti menyakitiku. Siapa yang membuatnya gembira maka ia telah membahagiakanku," kata Muhammad mengungkapkan rasa sayang kepada putrinya itu.
Kasih sayang Muhammad kepada Fatimah juga diungkapkan dengan memilihkan Ali bin Abi Thalib sebagai suami Fatimah. Meski sebelumnya, banyak sahabat yang berkeinginan menikahi putri Muhammad itu. Di antaranya adalah Abu Bakar dan Umar, tetapi ditolak secara halus.