Sabtu 07 Mar 2020 20:18 WIB

Jateng Optimistis Pacu Ekspor Buah-buahan Lokal

Anggaran pengembangan holtikultura di Jawa tengah capai Rp 81 Miliar lebih

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, saat membuka Festival Buah Jawa Tengah di Alun-Alun Bung Karno Ungaran Kabupaten Semarang (7/2), menyebut saat ini sebagai momentum kebangkitan buah-buahan nasional.
Foto: istimewa
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, saat membuka Festival Buah Jawa Tengah di Alun-Alun Bung Karno Ungaran Kabupaten Semarang (7/2), menyebut saat ini sebagai momentum kebangkitan buah-buahan nasional.

REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN - Jawa Tengah dikenal sebagai lumbung pangan nasional, khususnya komoditas hortikultura. Daerah ini dikenal sebagai penghasil buah-buahan unggul diantaranya durian, mangga, alpukat, buah naga, pisang, melon dan semangka.

Produksi buah-buahan Jawa Tengah tahun 2019 lalu yang mencapai 2,8 juta ton, berkontribusi 12,4% terhadap total produksi buah nasional yang diperkirakan mencapai 22 juta ton lebih. Selain untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal, beberapa jenis buah asal Jawa Tengah mampu menembus pasar ekspor. 

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, saat membuka Festival Buah Jawa Tengah di Alun-Alun Bung Karno Ungaran Kabupaten Semarang (7/2), menyebut saat ini sebagai momentum kebangkitan buah-buahan nasional. "Ketika dunia sedang bergolak karena serangan penyakit Corona, perang dagang dan sebagainya, sebenarnya bisa menjadi celah atau momentum bagi kita untuk bangkit. Dalam kondisi kerepotan pasokan yang melanda dunia saat ini, buah-buahan lokal kita sebenarnya bisa mengisi peluang ekspor," ujarnya. 

Saat ini beberapa buah asal Jawa Tengah yang telah merambah pasar ekspor diantaranya rambutan, salak, sawo, buah naga, melon hingga pepaya. "Produk buah-buahan lokal Jawa Tengah terbukti bisa mendunia. Contoh rambutan dan salak, yang sudah jadi buah yang unik dan eksotis. Harganya tinggi sekali kalau di Rusia. Sawo dan buah naga asal wonogiri sudah tembus Jerman. Melon dan pepaya kita juga sudah sampai Singapura dan Kamboja" kata Ganjar.

Kekuatan buah lokal sesungguhnya bisa mengimbangi neraca perdagangan kita. Potensi buah di Jawa Tengah sangat tinggi, petaninya juga kreatif, tinggal didampingi dan disentuh teknologinya agar ada lompatan. "Dukungan Kementerian Pertanian dan Dinas Pertanian Kabupaten/Kota se-Jawa Tengah diakuinya sangat membantu pengembangan buah-buahan di daerahnya,"  katanya. 

Ditempat yang sama, Direktur Buah dan Florikultura Kementerian Pertanian, Liferdi Lukman, mengapresiasi upaya Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dalam mengembangkan buah-buahan lokal. Pihaknya tahun ini telah menggelontorkan anggaran untuk pengembangan hortikultura di Jawa Tengah hingga Rp 81 Milyar lebih, untuk pengembangan berbagai komoditas hortikultura termasuk buah-buahan.

"Jawa Tengah adalah lumbung hortikultura dan menjadi salah satu kawasan utama pertanian nasional. Dari Jawa Tengah pula mampu dihasilkan buah-buahan unggul yang bisa mengimbangi bahkan mensubstitusi buah-buah impor diantaranya durian bawor, klengkeng kateki dan jambu kristal, Ini bisa menjadi role model atau percontohan bagi daerah lain di Indonesia,"  katanya.

Liferdi berharap event festival buah tersebut bisa menjadi agenda rutin Pemda Jawa Tengah. Misalnya tahun depan dirancang menjadi ajang pertemuan bisnis nasional pelaku buah, lalu tahun berikutnya bisa dinaikkan lagi tarafnya menjadi go internasional. "Hadirkan langsung para buyer dari mancanegara," katanya.

Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Jawa Tengah, Suryo Banendro mengatakan event festival buah Jawa Tengah rutin dilakukan setiap tahunnya. "Tahun ini ditampilkan setidaknya 92 jenis buah termasuk buah langka seperti wuni, pakel dan sawo Belanda. Ada juga lomba kontes buah, lomba ukir, discount time dan sebagainya," kata Suryo.

Selain mengangkat potensi buah lokal dan eksotik di Jawa Tengah, kegiatan yang diikuti seluruh Kabupaten/Kota se-Jawa Tengah tersebut diharapkan juga bisa memacu peningkatan konsumsi buah dan sayuran masyarakat. "Saat ini angka konsumsi buah masyarakat Jawa Tengah belum sesuai standard widyakarya pangan dan gizi. Baru 180 gram perhari dari standardnya 400 gram perhari," katanya.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement