REPUBLIKA.CO.ID, GRESIK -- Dihadapan anggota Lembaga Bahtsul Masail Pimpinan Cabang Nahdlatul Ulama Kabupaten Gresik Jawa Timur, Wakil Ketua MPR RI Jazilul Fawaid mengapresiasi budaya pembahasan masalah sehari-hari yang terus dijaga dan dilestarikan dikalangan masyarakat NU. Lestarinya Bahtsul Masail menurut JaziIul menandakan bahwa tradisi keilmuan yang biasa digalakkan pesantren, masih bertahan dikalangan masyarakat.
Ke depan, tradisi Bahtsul Masail harus terus digalakkan, termasuk kepada generasi millenial. Agar generasi muda tahu, proses lahirnya hukum tidak muncul secara tiba-tiba, tetapi melalui proses panjang, termasuk menggunakan kajian ilmiah yang tidak sederhana.
"Teknologi sudah memudahkan kebutuhan dalam hidup. Tetapi generasi muda tidak boleh terlena dengan teknologi. Mereka juga harus mengetahui proses penciptaan sebelum bisa dinikmati, dan itu bisa diajarkan melalui kegiatan Bahtsul Masail," kata JaziIul menambahkan.
Pernyataan itu disampaikan Jazilul Fawaid saat memberikan sambutan pada acara pembahasan masalah keseharian yang dilaksanakan Lembaga Bahtsul Masail PC. NU Kabupaten Gresik Jawa Timur. Acara tersebut berlangsung di Masjid Soghir (langgar gede) KH.Umar Burhan Gresik, Jalan Nyai Ageng Arem Arem no 35 kota Gresik, Ahad (8/3). Ikut hadir pada acara tersebut Rois Suraih PC. NU Kabupaten Gresik KH. Robbah Ma'sum, dan Ketua DPRD Kabuoaten Gresik Fandy Ahmad Yani.
Dimasa lalu, menurut Jazilul kebiasaan melaksanakan Bahtsul Masail, tampak dalam proses lahirnya Pancasila yang banyak melibatkan para ulama. Bahkan, Pancasila kata Jazilul merupakan perasan Bahtsul Masailnya para kyai. Dan kalau bukan para kyai yang ikut menyusun, maka Indonesia tidak akan hadir dan berdiri sampai saat ini.
"Selain dimensi ilmiah, Bahtsul Masail juga mengembangkan tradisi silaturrahim dan menjaga lestarinya kitab-kitab kuning yang dihasilkan ulama-ulama terdahulu," kata Jazilul lagi.