REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (SDPPI) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Ismail berharap teknologi internet generasi kelima (5G) dapat hadir sejalan dengan pembangunan ibu kota baru, Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Dia mengatakan, ibu kota baru ini adalah kota yang alami tapi harus high-end technology.
"Teknologi terbaru yang harus ada di sana, jadi 5G harus ada hadir di ibu kota negara itu juga untuk support connectivity di sana," ujar Ismail dalam "Indonesia 5G Ecosystem Conference 2020", Selasa (10/3).
Dia menargetkan, pada 2024 mendatang 5G sudah terbangun. Berarti sudah ada time table dan kepastian berapa lama membangun infrastruktur, dan kapan frekuensi harus disiapkan.
Pembangunan ibu kota baru menjadi alasan digelarnya 5G di Tanah Air. Selain mendukung visi misi presiden dan pemerintah yang membutuhkan konektivitas pita lebar. Salah satunya pengembangan SDM untuk pemerataan tingkat pendidikan yang akan jauh lebih baik dengan menggunakan 5G.
Di samping itu, 5G juga mendukung industri 4.0 dan mendorong lima destinasi super wisata baru. Meski begitu, Ismail mengatakan penyelenggaraan 5G di Indonesia perlu mempertimbangkan waktu yang tepat, tidak terlalu cepat namun juga tidak terlambat untuk menghindari kegagalan pasar baik dari sisi supply maupun demand.
"Pilihan teknologi mengacu pada 3GPP. Kemudian, ada aspek keekonomian 5G, bagaimana monetisasinya dan aspek geo strategis," ujar dia.
Soal spektrum juga menjadi pekerjaan rumah di mana semua band dibutuhkan baik low, medium, dan high. Idealnya, menurut Ismail, lima operator Indonesia harus memiliki tiga band spektrum itu. Penentuan spektrum menjadi krusial, sebab spektrum frekuensi dapat memengaruhi persaingan industri ke depan.
Pengamat telekomunikasi dari ICT Institute, Heru Sutadi mengatakan, Indonesia perlu mempercepat pembangunan 5G mengingat negara-negara Asia Tenggara telah mengarah ke sana. Dia menyebutkan, Malaysia, Laos, Kamboja telah mulai mengambil langkah-langkah penerapan 5G.
"Sehingga kalau kita tidak mengambil keputusan yang tepat, akan ketinggalan negara lain," ujar Heru Sutadi.
Perkembangan 5G saat ini, terhitung akhir Februari 2020, Heru menambahkan, tercatat sebanyak 359 operator yang komersial sedang melakukan uji coba dan tahap finalisasi, dan ada 63 operator di 33 negara yang telah mengkomersialisasikan 5G.