Rabu 11 Mar 2020 19:40 WIB

KH Yahya: NU Jangan Dibenturkan dengan Kelompok Lain

Sebuah larangan bagi NU untuk menghadapi firqoh tertentu.

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Agus Yulianto
(kiri-kanan) Katib Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH. Miftah Faqih, Rais AM PBNU KH. Miftahul Akhyar dan penulis buku PBNU Perjuangan Besar Nahdlatul Ulama KH. Yahya Cholil Staquf saat acara peluncuran buku di Gedung PBNU, Jakarta, Rabu (11/3). (Republika/Thoudy Badai)
Foto: Republika/Thoudy Badai
(kiri-kanan) Katib Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH. Miftah Faqih, Rais AM PBNU KH. Miftahul Akhyar dan penulis buku PBNU Perjuangan Besar Nahdlatul Ulama KH. Yahya Cholil Staquf saat acara peluncuran buku di Gedung PBNU, Jakarta, Rabu (11/3). (Republika/Thoudy Badai)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Katib Aam Pengurus Besar Nadhlathul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf meminta, agar NU tidak dibenturkan dengan organisasi Islam lainnya. NU, kata dia, pada dasarnya didirikan untuk menjadi jalan perubahan bagi umat manusia di dunia.

"NU tidak boleh merasa jadi saingan dengan yang lain. Tidak pada tempatnya dan nggak pantas sama sekali kemudian NU bersaing dengan Muhammadiyah, FPI, HTI atau bahkan Wahabi, juga nggak pantas," kata Yahya Cholil Staquf di Jakarta, Rabu (11/3) saat meluncurkan buku berjudul Perjuangan Besar NU.

Dia menegaskan, NU tidak boleh sampai dipahami sebagai firqoh. Dia mengatakan, hal itu mengingat kehati-hatian upaya para ulama dalam mendirikan NU. Lagi pula, sambung dia, ada resiko yang luar biasa berat bagi kiai karena ancaman firqoh merupakan perkara mutlak.

Dia mengatakan, orang-orang yang membuat firqoh-firqoh itu membuat kelompok dalam agama. Dia melanjutkan, pada akhirnya mereka kerap hanya membanggakan apa yang telah dilakukan kelompoknya masing-masing dan mengucilkan orang lain. 

Menurutnya, NU tidak mungkin hanya didirikan untuk membangun firqoh. Secara pribadi, dia menolak, anggapan bahwa selama ini NU didirikan untuk menanggapi sukses Wahabi.

Dia menegaskan, pendirian dengan tujuan demikian merupakan ide yang sempit bagi NU. Lebih jauh, dia mengatakan, adalah sebuah larangan bagi NU untuk menghadapi firqoh tertentu.

"Maka, saya sampai pada satu kesimpulan yakni NU ada karena sesuatu yang lebih besar yakni perubahan peradaban itu sendiri," katanya.

Sementara, KH Yahya menerangkan, bahwa buku berjudul Perjuangan Besar Nadhlatul Ulama itu berbicara dua hal pokok besar. Pertama, memaknai kelahiran NU. Kedua, memaknai keberadaan NU.

Dia mengatakan, buku tersebut mencoba melakukan rekonstruksi atau reka ulang tentang konteks kelahiran dan alasan san tujuan keberadaan NU. Dia mengaku, menulis buki tersebut menyusul masih banyaknya hal-hal misterius seputar NU dan diharapkan agar organisasi tersebut menjadi jalan perubahan dunia yang terjadi saat ini.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement