Rabu 11 Mar 2020 23:20 WIB

Produk Kopi Indonesia Harus Bisa Penuhi Selera Pasar Dunia

Mentan menyebut, produk kopi Indonesia harus bisa memenuhi selera pasar dunia.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Reiny Dwinanda
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo di acara peringatan Hari Kopi Nasional yang dihelat di Auditorium Gedung F Kementerian Pertanian, Rabu (11/3). Ia menyebut, produk kopi Indonesia harus bisa memenuhi selera pasar dunia.
Foto: Kementan
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo di acara peringatan Hari Kopi Nasional yang dihelat di Auditorium Gedung F Kementerian Pertanian, Rabu (11/3). Ia menyebut, produk kopi Indonesia harus bisa memenuhi selera pasar dunia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Dewan Kopi Nasional (Dekopi) menganggap Hari Kopi Nasional dapat memunculkan semangat bersama menjadikan kopi Indonesia lebih unggul. Hari Kopi Nasional diperingati setiap tanggal 11 Maret.

"Tugas yang dibebankan pada Dekopi ialah agar kopi kita unggul di dunia,” kata Ketua Dekopi Anton Apriyantono dalam acara Silaturahmi Penuh Hikmah Hari Kopi Nasional di Auditorium Kementan RI, Jakarta Selatan, Rabu (11/3).

Baca Juga

Sementara itu, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, kopi menjadi salah satu komoditas perkebunan unggul penghasil devisa di Indonesia. Pada 2018, nilai ekspor kopi mencapai 815,9 juta dolar AS dengan volume mencapai 279,9 ribu ton.

Selain itu, perkebunan kopi Indonesia yang memiliki luas 1,2 juta hektare menurut data BPS pada 2017 merupakan penyedia lapangan kerja yang terus berkembang. Kopi merupakan bahan baku industri nasional dan dunia.

“Kopi Indonesia memiliki keunggulan dibanding kopi produsen negara lain,” ujar Syahrul.

Kopi arabika asal Indonesia, menurut Syahrul, mendapat klaim spesial di pasar internasional. Ia pun mengatakan bahwa semua pihak memiliki beban menjaga produksi kopi lebih intensif.

Syahrul mengungkapkan, Indonesia memiliki kopi arabika yang terkenal, seperti, spesial Gayo, Mandailing, Java Preanger, Toraja, Enrekang, Kintamani, Flores Bajawa, dan lain-lain. Ia mengatakan, festival dan kegiatan kopi internasional kerap mengganjar kopi Indonesia dengan beragam penghargaan.

Tak hanya arabika, kopi robusta Indonesia pun punya peminat tersendiri. Sebut saja robusta dari Jambi, Bengkulu, Lampung barat, Bali, dan NTT.

Syahrul menyoroti bahwa ekspor dalam bentuk biji kopi dan primer tidak memaksimalkan nilai suatu produk. Harusnya kopi Indonesia memiliki nilai tambah yang tinggi agar bisa diekspor untuk memenuhi selera pasar dunia.

Dia beranggapan pertemuan dan silaturahmi pegiat dan pecinta kopi penting untuk melakukan konsolidasi. Dengan begitu, petani kopi bisa semakin sejahtera di masa mendatang.

"Kopi bukan hanya untuk peringatan, tetapi tekad dan komitmen," kata Syahrul.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement