REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rasa marah biasanya muncul ketika seseorang tidak mampu mengendalikan emosinya. Mungkin, ia tersinggung, merasa disakiti, dilecehkan, atau diperlakukan kasar oleh orang lain.
Bukan tidak mungkin, marah itu dapat membuat seseorang melakukan perbuatan yang berakibat negatif, baik pada dirinya sendiri maupun masyarakat sekitar. Marah yang meluap-luap dapat memicu tindakan jahat, semisal caci-maki, mengumpat, atau bahkan pembunuhan. Naudzubillah min dzalik!
Dalam bahasa Arab, marah disebut sebagai ghadzab. Nabi Muhammad SAW berpesan agar umatnya menjauhkan diri dari sifat amarah. Dari Abu Hurairah RA, diketahui, Rasulullah SAWbertemu dengan seorang pria yang meminta nasihat kepadanya.
"Wahai, Rasulullah, perintahkan aku untuk mengerjakan amalan baik yang kuanggap sedikit (tidak menyita waktu)!" pinta orang itu.
Rasulullah SAW kemudian bersabda, "Jangan marah!" Sabda ini beliau ulangi berkali-kali tiap orang itu mengajukan pertanyaan yang sama. "Jangan marah!'
Menurut Imam Al-Ghazali, kekuatan marah terletak dalam lubuk hati setiap manusia. Marah adalah seberkas api dari neraka Allah yang menyala-nyala dan membakar hati manusia. Biasanya, mata akan memerah kalau kita sedang marah. Sikap marah menyeret kita ke dalam urat nadi setan, karena setan berasal dari api.
Imam Al-Ghazali juga menjelaskan, marah tidak bisa dihilangkan sama sekali, tetapi bisa dilemahkan atau ditahan dengan jalan latihan. Sebab, marah itu berfaedah juga untuk mencegah perbuatan munkar dan melaksanakan tugas-tugas kebaikan. Jalan latihan itu, misalnya, dengan mujahadah. Artinya, membiasakan diri berbuat lembut dan menyimpan rasa marah.
Imam Ghazali menyarankan, bila kita sedang marah untuk segera berwudhu. Ini berdasarkan sabda Nabi SAW. Selain itu, cara lainnya bisa dengan mengucapkan ta'awwudz (berdoa agar dijauhkan dari setan). Sebab, marah itu berasal dari setan.
Bila kita mampu menahan marah, berarti kita tergolong orang-orang yang takut kepada Allah, karena kita bisa mengalahkan godaan setan. "Dan bersegeralah kamu kepada (meminta) ampunan dari Tuhanmu dan kepada (masuk) surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan marahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan" (QS. 3: 133-4).
Allah juga berjanji akan melindungi kita yang berhasil menahan marah dari api neraka-Nya. Rasulullah bersabda, ''Barangsiapa menahan marahnya, maka Allah akan menahan siksa-Nya kepada orang itu.''