REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam Islam, semua insan setara di hadapan Allah SWT. Yang membedakan antara manusia ialah kadar ketakwaannya. Itu pun hanya Allah Ta'ala yang mengetahui hakikat hati orang per orang.
Banyak atau sedikitnya harta tak bisa menjadi acuan untuk menentukan kemuliaan seseorang. Bahkan, ada banyak riwayat yang menunjukkan tingginya kedudukan orang miskin.
Rasulullah SAW bersabda, sebagaimana diriwayatkan oleh Harits bin Wahb, "Maukah kalian aku beri tahu, siapakah ahli surga itu? Mereka adalah orang-orang yang lemah dan dianggap lemah oleh para manusia, tetapi jika mereka bersumpah atas nama Allah, pastilah Allah mengabulkan apa yang disumpahkannya. Maukah kalian aku beri tahu, siapakah ahli neraka itu? Mereka adalah setiap orang yang keras, kikir, dan gemar mengumpulkan harta lagi sombong" (HR Bukhari-Muslim).
Satu tafsiran tentang hadis itu ialah yang dimaksud "orang yang lemah", yakni kaum miskin. Adapun tafsiran lain mengatakan, "orang yang lemah" itu adalah mereka yang tawadhu dan lembut hatinya.
Hadis berikutnya lebih gamblang lagi menjelaskan nasib orang yang selama di dunia miskin, tetapi beruntung kelak di akhirat. Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, "Orang beriman yang miskin akan masuk surga sebelum orang-orang kaya, yaitu lebih dulu setengah hari yang (ukurannya) sama dengan lima ratus tahun" (HR Ibnu Majah dan Tirmidzi).
Adapun menurut hadis sahih, dikisahkan, suatu hari Sa'ad menyangka dirinya memiliki kelebihan duniawi dibandingkan sahabat-sahabat lain. Akan tetapi, Rasul SAW menasihati, "Kalian hanyalah mendapatkan pertolongan dan rezeki dengan sebab adanya orang-orang lemah dari kalangan kalian” (HR Bukhari).
Riwayat lain menuturkan sabda Nabi SAW: "Sesungguhnya, Allah menolong umat ini dengan sebab orang-orang lemah di antara mereka, yaitu dengan doa, shalat, dan keikhlasan mereka” (HR an-Nasai, menurut Syekh al-Albani hadis ini shahih).
Maknanya, orang yang miskin dan lemah boleh jadi memiliki kedekatan dengan Allah SWT. Doa-doa yang mereka panjatkan berangkat dari hati yang ikhlas, bebas dari belenggu duniawi. Oleh karena itu, jangan anggap remeh doa mereka.
Akhirnya, miskin bukan berarti hilangnya harga diri. Nabi SAW bersabda, "Namanya miskin bukanlah orang yang tidak menolak satu atau dua suap makanan. Akan tetapi, miskin adalah orang yang tidak punya kecukupan, lantas ia pun malu atau tidak meminta dengan cara mendesak."