REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menandatangani nota kesepahaman tentang koordinasi tugas dan fungsi lingkup Kementerian BUMN dan BKPM di kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (30/3). Menteri BUMN Erick Thohir menyampaikan nota kesepahaman ini bertujuan guna memberikan kepastian perizinan bagi sejumlah proyek strategis BUMN.
"Yang namanya KPI, terutama (proyek) yang ditargetkan bapak presiden, kita jalan terus, terasuk kereta cepat," ucap Erick dalam konferensi digital dengan media di Jakarta, Senin (30/3).
Erick menyampaikan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung memang akan terkendala dengan tidak bisa masuknya tenaga kerja asal China ke Indonesia lantaran corona. Namun, Erick memastikan proyek tersebut tetap akan berjalan. Erick menilai sektor transportasi publik sangat vital lantaran besarnya jumlah penduduk Indonesia, terutama yang berada di Jabodetabek dan Bandung.
"Pada saat ini kondisi bermitra kita dengan China, tentu tenaga kerja asing belum bisa masuk, tentu pasti ada penundaan, tapi proyek jalan terus," ucap Erick.
Selain kereta cepat, kata Erick, proyek strategis lain yang tetap berjalan adalah proyek 35 ribu MW meski mungkin akan ada pengkajian ulang untuk pemetaan proyeknya. Kata Erick, Bahlil sudah melakukan pemetaan dalam melihat kebutuhan industri yang bisa disinergikan saat ini.
"Contoh di Jawa Timur ada Freeport perlu yang namanya powerplant untuk smelter, itu nanti akan disinergikan dengan PLN, bukan semuanya bikin sendiri-sendiri," lanjut Erick.
Erick tak ingin Indonesia tertinggal dari negara-negara lain yang sudah mulai melanjutkan proyek-proyek strategis seperti Cina yang mulai pulih dari dampak Korona. Erick meminta para direksi BUMN untuk tetap memastikan berjalannya proyek strategis nasional.
"Jadi, proyek ini tetap jalan, jangan sampai nanti ketika kita butuh listrik, adanya mobil listrik, nah kita terlambat lagi," kata Erick.
Pun dengan sejumlah proyek strategis milik Pertamina yang menurut Erick tetap harus berjalan. Erick tak ingin Pertamina hanya sekadar fokus dalam penurunan harga minyak saat ini tanpa memikirkan pembangunan infrastruktur.