REPUBLIKA.CO.ID, BUKITTINGGI--Setiap momen Ramadhan dan Idul Fitri menjadi ajang yang dinanti buat Emi Fitrianti (43 tahun) sebagai produsen mukena di Kota Bukittinggi. Uni Emi sudah sejak 2002 lalu merintis usaha prosuksi mukena dengan model krancang dan model solder. Mukena buatan Uni Emi ini murni hasil kerajinan tangan. Faktor yang membuat industri rumahan Uni Emi masih bertahan sampai sekarang di tenga ketatnya persaingan industri mukena hasil pabarikan saat ini.
Saat Republika berkesempatan menyaksikan proses pembuatan mukena di rumah produksi Uni Emi di Kota Bukittinggi, terlihat kesibukan Uni Emi dan suaminya sedang menyiapkan stok produksi menyambut momen Ramadhan dan Idul Fitri 2020.
"Kalau di saat Ramadhan dan Idul Fitri, kenaikan jumlah pesanan mukena mencapai 40 persen. Bahkan sampai 1000 set dalam sebulan," kata Uni Emi belum lama ini.
Satu set mukena Uni Emi ini sudah lengkap dengan mukena dan rok. Uni Emi menyebut setia Ramadhan dan Idul Fitri, pelanggan yang ia pasok kebanyakan membeli buat memberikan hadiah atau oleh-oleh Ramadhan dan Idul Fitri kepada sanak famili. Bahkan ada juga yang meningkatkan jumlah pemesanan ke Uni Emi untuk menjual lagi ke beberapa tempat lain seperti di Padang dan beberapa kota lainnnya di Sumatra Barat.
Uni Emi bersyukur karena produk yang ia hasilkan dapat mendukung dan menambah kekhidmatan kaum muslimah melaksanakan ibadah solat wajib, solat tarwih dan ibadah lainnya. Selain itu, rezeki buat Uni Emi dan keluarga pada momen Ramadhan serta Idul Fitri ini juga meningkat.
Kreasi asli
Uni Emi memperlihatkan beberapa proses pembuatan satu set mukena sembari berbincang dengan Republika di rumah produksinya. Biasanya untuk satu set mukena dikerjakan dalam waktu tiga hari oleh satu orang. Jadi untuk memenuhi tingginya permintaan, Uni Emi harus menambah anggota karyawan atau 'anak jahit'.
Bahan mukena produksi Uni Emi adalah dari kain katun silki. Proses pertama, kain katun ini digunting masing-masing menjadi 4 yar (1 yar 90 senti meter). Karena untuk satu stek mukena lengkap dengan rok menghabiskan 4 yar kain.
Setelah menggunting, Uni Emi mulai menggambar motif dengan tangannya sendiri. Uni Emi dengan telaten mengggambar kain katun tadi menggunakna pensil yang di bawahnya sudah dialasi dengan kertas karbon hitam. Jadinya nanti kain katun tersebut tergambar aneka motif dedaunan ala Uni Emi.
Tidak butuh waktu lama bagi Uni Emi menggambar satu motif mukena karena sudah terbiasa. Setelah melukis, katun berwarna putih tersebut dijahit dengan cara krancang. Yakni dengan membubuhi motif yang sudah digambar tadi dengan benang di mesin obras.
Sementara buat model mukena yang solder, Uni Emi tinggal membuat lobang-lobang di motif yang sudah tergambar tersebut dengan solder listrik. Setelah model krancang dan model solder ini selesai, Uni Emi melanjutkan proses dengan mencuci ulang, menyetrika dan membungkusnya di dalam plastik.
Uni Emi mengatakan produk mukena rumah tangga ini punya nilai tersendiri karena dikerjakan secara manual dengan tangan pengrajin.
Uni Emi menceritakan awalnya ia hanya mencoba-coba buat usaha jahitan buat mengisi waktu luang. Uni Emi memang punya hobi melukis bermacam motif sejak usia muda. Untuk mengasah skillnya Uni Emi juga sempat kursus menjahit dengan beberapa orang kenalannya di Bukittinggi. Setelah mahir menjahit, mengobras dan memadukan dengan kepandaiannya melukis, Uni Emi memberanikan diri membuka usaha produksi mukena ini di rumahnya. Perlahan sampai pasti, usaha mukena Uni Emi ini maju dan kini sudah menyentuh pasar internasional. Mukena hasil karya kerajinan Uni Emi sudah kerap masuk ke pasar Malaysia.
Karena usahanya ini maju, suami Uni Emi, Uda Jek yang dulunya mekanik sepeda motor ikutan banting setir membesarkan usaha mukena ini bersama sang istri.
“Karena mukena ini punya potensi yang sangat besar, akhirnya saya meninggalkan profesi lama sebagai mekanik. Lebih baik bantu Emi membesarkan ini, dan Alhamdulillah ini sekarang jadi andalan kami buat menyekolahkan anak-anak,” kata Uda Jek.
Tapi satu kekhawatiran Uda Jek adalah isu covid-19 yang sudah ikut mewabah di Indonesia dan Negara Asia Tenggara lainnya. Uda Jek mengatakan mukena Uni Emi mengalami penurunan permintaan dari Malaysia sejak Januari 2020 ini atau sejak virus corona mulai muncul. Karena saat ini menurut Uda Jek, pembeli di negeri jiran tersebut sedang tidak menjadikan belanja pakaian sebagai perioritas karena sedang fokus berlindung dari covid-19. Uda Jek tak ingin covid-19 ini juga mempengaruhi minat pelanggan mukena Uni Emi di dalam negeri terlebih dim omen Ramadhan dan Idul Fitri ini.
“Semoga saja situasi terkendali lagi supaya usaha rumahan seperti kami ini kembali bergerak,” ucap Uda Jek.