REPUBLIKA.CO.ID, Oleh : K.H. Athian Ali M. Da'i, Lc. M.A, Ketua Umum Forum Ulama Ummat Indonesia (FUUI)
Musibah dalam bentuk apapun pasti akan dialami manusia ( Q.S. Al Baqarah 155 ) , yang jika menimpa orang- orang kafir, maka mutlak sebagai azab ( Q.S. As Sajdah : 21 ) Sebaliknya, jika menimpa orang-orang mu'min, pasti bagian dari bentuk kasih sayang Alloh SWT.
Paling tidak, ada tiga kemungkinan bentuk kasih sayang Alloh SWT di balik musibah yang menimpa hamba-hamba yang dicintai-Nya :
Pertama : Sebagai Ujian keimanan ( Q.S. Atuh Thalak 2-3 ). Ujian tentu saja sesuatu yang sangat positif. Seorang mahasiswa tidak akan pernah berhasil menjadi sarjana tanpa menempuh berbagai ujian. Yang tidak positif adalah ketika seseorang tidak lulus menjalani ujian. Dan yang sudah pasti tidak akan lulus adalah mereka yang tidak pernah ikut ujian.
Setiap mu'min diharapkan bisa berhasil lulus menghadapi wabah COVID-19 ini. Di antaranya dengan berikhtiar seoptimal mungkin untuk mengatasinya, dengan memanfaatkan seluruh potensi yang dianugerahkan Alloh SWT kepadanya, sambil hati tetap teguh dalam keimanan, bersabar, bertawakkal dan berserah diri hanya kepada Alloh SWT.
Kedua : Sebagai pilihan Alloh SWT yang terbaik. Dimana tidak tertutup kemungkinan yang dikira sesuatu yang tidak baik itu, justeru sesuatu yang sangat baik yang sedang Alloh SWT rencanakan dan tetapkan untuk kemaslahatan hidup di dunia dalam menggapai kebahagiaan yang hakiki dan abadi di Akhirat nanti ( Q.S. Al Baqarah 216 )
Kehadiran wabah COVID-19 sangat mungkin pilihan terbaik bagi sebagian mu'min untuk meraih predikat syahid . Sebagaimana yang dijanjikan Alloh SWT lewat sabda RasulNya, dalam hadist yang diriwayatkan dari 'Aisyar r.'anha, dimana suatu ketika beliau bertanya kepada Rasulullah SAW perihal wabah endemi,dimana Rasululloh SAW menyatakan bahwa wabah seperti itu merupakan bagian dari azab yang ditimpakan Alloh kepada orang-orang yang Dia kehendaki.
Namun, Alloh SWT menjadikan wabah juga sebagai rahmat bagi orang-orang mu'min . Maka jika wabah endemi terjadi disuatu daerah, lalu seorang mu"min menahan diri untuk tetap tinggal di daerah tempat tinggalnya dengan sabar,disertai keyakinan, bahwasanya musibah tidak akan pernah menimpa dirinya, kecuali jika Alloh SWT menetapkannya, maka ia akan memperoleh pahala seperti pahala orang yang mati syahid " .HR. Bukhari . Sementara dalam riwayat Ahmad bin hambal diriwayatkan tetap "Bertahan di rumahnya".
Dalam mensyarah hadist tersebut, Imam Ibnu Hajr Al'Asqolani menyatakan, bahwasanya pahala syahid tidak hanya akan diraih oleh mereka yang wafat disebabkan wabah COVID-19 saja, tapi juga akan diperoleh oleh orang-orang mu'min yang senantiasa berupaya secara optimal di jalan Alloh mengatasi wabah tersebut, kendati mereka tidak sampai wafat karenanya.
Ketiga : Sebagai teguran dan peringatan dari Alloh SWT yang disebabkan oleh kesalahan dan dosa yang telah diperbuat. Kemungkinan yang ketiga ini pun wujud dari kasih sayang Alloh SWT kepada hamba- hamba yang dicintai-Nya, agar bersegera bertaubat dan kembali ke shirotol mustaqiim sebelum tiba saat sakratul, dimana pintu taubat sudah ditutup.
Untuk itu, maka mari kita bersama menyikapi kehadiran wabah COVID-19 sebagai ujian keimanan, mudah-mudahan kita lulus bahkan berhasil meraih pahala syahid bagi yang wafat maupun yang selamat. Lalu kita hadapi juga dengan bersabar ,bertawakkal dan bertaubat kepada Alloh SWT, di antaranya dengan masing-masing memperbanyak beristighfar dan berupaya kembali ke jalan kehidupan yang diridhoi Alloh SWT sesuai petunjuk Al Qur'an dan As Sunnah dalam seluruh aspek hidup dan kehidupan. Walllohu musta'aan.