REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Tenang-tenang mendayung. Itulah yang dilakukan mantan penyerang AC Milan, Andriy Shevchenko di dunia kepelatihan.
Sejak 2016, Sheva telah menjadi pelatih kepala tim nasional negara asalnya, Ukraina. Sepak terjangnya tidak selalu diberitakan layaknya Zinedine Zidane, Didier Deschamps, Antonio Conte, atau Frank Lampard.
Namun perlahan tapi pasti, pengalamannya kian bertambah. Sosok yang juga pernah membela Chelsea itu tak ingin selamanya di kamar ganti the Yellow and Blue.
"Setelah menimba pengalaman di timnas, tujuan selanjutnya adalah melatih klub. Apakah itu di Serie A atau Liga Primer, tidak menjadi sesuatu yang berbeda baginya," kata Andrea Maldera kepada Tuttosport, dikutip dari Football Italia, Rabu (8/4).
Maldera adalah mantan analis pertandingan AC Milan yang kini menjadi staff Sheva di timnas Ukraina. Sudah empat tahun mereka bekerja sama. Ia paham bagaimana etos kerja rekannya itu.
Menurut Maldera, Sheva tipikal pekerja keras yang demokratis. "Dia mau mendengarkan atau menerima visi yang berbeda dalam sebuah situasi," ujar sang analis.
Sheva menjadikan Carlo Ancelotti sebagai mentor. Don Carlo adalah pelatih jagoan Ukraina itu, ketika merumput di Milan.
Arsitek 43 tahun itu, juga belajar dari seorang Massimiliano Allegri. Tapi secara personal, Sheva sudah memiliki karakter kuat sebagai pengambil keputusan.
"Dia sosok kredibel. Para pemain benar-benar mempercayainya. Itu hal dasar dalam sepak bola modern," tutur Maldera.