REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tanda-tanda kemunduran kaum musyrik kian tampak setelah Perang Khandaq. Akhirnya, terjadilah peristiwa penaklukan Makkah (fath Makkah).
Kaum Quraisy benar-benar tidak berdaya menghadapi gelombang Muslimin yang bergerak dari arah Madinah. Bagaimanapun, tidak ada pertumpahan darah. Sebab, begitulah komitmen Rasulullah SAW. Sasaran beliau hanya meruntuhkan berhala-berhala. Tujuannya menyadarkan sekalian manusia bahwa hanya Allah yang berhak di sembah.
Para petinggi Quraisy sudah memutuskan diam di tempat, tidak menghalangi Rasulullah SAW dan kaum Muslim untuk menguasai Makkah. Mereka sadar diri kolektif sudah lemah. Dalam peristiwa ini, Ikrimah bin `Amr bin Hisyam bertindak lain. Sebab, ia masih tidak suka terhadap pengaruh Islam.
Putra Abu Jahal itu hendak melawan konsensus para pemuka Quraisy itu sehingga memimpin beberapa pengikutnya menyerang pasukan Muslim. Namun, upaya Ikrimah berhasil dipatahkan Khalid bin Walid.
Lantaran takut dihukum mati, Ikrimah melarikan diri ke arah Yaman.
Begitu tahu kekalahan suaminya, Ummu Hakam memohon kepada Rasulullah SAW agar mengampuni Ikrimah. Permohonan itu terkabulkan. Ummu Hakam segera menyusul ke Yaman. Belum sampai di tujuan, ia mendapati suaminya itu sedang bersembunyi di suatu tempat. Ummu Hakam membujuknya agar bersedia kembali ke Makkah dengan jaminan ampunan dari Rasulullah SAW.
Perkara Abu Jahal
Sementara itu, di Makkah Rasulullah SAW sudah mengumpulkan beberapa sahabatnya. Di antaranya, beliau mengingatkan mereka ihwal putra Abu Jahal tersebut.
Nabi SAW ingin agar para sahabatnya tak lagi mengungkit-ungkit perkara Abu Jahal, ayahanda Ikrimah.
"Ikrimah bin Abu Jahal akan datang ke tengah-tengah kalian sebagai orang beriman dan kaum muhajirin. Karena itu, janganlah kalian memaki-maki tentang ayahnya. Sebab, memaki orang yang sudah meninggal berarti menyakiti orang yang masih hidup. Sekalipun makian itu tidak dapat terdengar orang yang sudah meninggal," kata Rasulullah SAW kepada para sahabatnya.
Begitu tiba di Makkah, Ikrimah dan Ummu Hakam disambut para sahabat dan Rasulullah SAW sendiri. Utusan Allah itu sampai-sampai berdiri untuk menghormati kedatangan suami-istri itu. Para sahabat juga menyambut keduanya dengan wajah gembira.
Ketika Rasulullah SAW duduk kembali, Ikrimah dan pasangannya itu memohon izin untuk mengucapkan dua kalimat syahadat di hadapan beliau. Tidak lupa, putra Abu Jahal tersebut memohon kepada Rasulullah SAW agar beliau mendoakan. Semoga Allah SWT mengampuni segala kesalahan mereka yang telah lalu. Rasulullah SAW pun mengabulkan permintaan Ikrimah itu.
Beriman teguh
"Demi Allah, ya Rasulullah. Tidak satu dinar pun uang yang telah saya habiskan untuk menghentikan agama Allah di masa lalu, melainkan mulai kini saya akan menebusnya dengan pengorbananku dan hartaku berlipat ganda untuk menegakkan agama Allah. Tidak seorang pun kaum Muslimin yang telah gugur di tanganku, tetapi akan kutebus dengan membunuh kaum musyrikin secara berlipat ganda. Semua demi menegakkan agama Allah," ucap Ikrimah bin Abu Jahal.
Perkataan ini menandakan besarnya tekad Ikrimah untuk mewujudkan rasa imannya dalam tindakan.
Inilah mula-mula Ikrimah menjadi bagian dari kekuatan Islam. Dia terus meningkatkan kualitas ketakwaannya dan ibadahnya. Selain itu, dia juga turut terjun ke tengah medan perang membela kehormatan agama ini. Salah satu ajang yang ia ikuti adalah Perang Yarmuk. Di sini, pasukan Muslim melawan pasukan Romawi yang terus mengusik ketenangan di perbatasan utara. Pasukan Islam berada di bawah pimpinan Khalid bin Walid.