REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Manajemen Persita Tangerang galau perihal gaji pemain apabila PSSI resmi menghentikan secara total kompetisi Liga 1. PSSI berencana menggantinya dengan turnamen sebagai imbas dari merebaknya virus corona di Tanah Air.
"Makanya kami belum bisa berandai-andai karena banyak faktor yang harus kami lihat dulu. Masalah kontrak itu harus dibicarakan kembali karena kami tidak mungkin mengontrak pemain hanya sebatas turnamen tertentu saja," ujar manajer Persita, I Nyoman Suryanthara, Ahad (12/4).
Sebelumnya, PSSI membuka opsi untuk menghentikan atau meniadakan kompetisi Liga 1 dan 2, jika masa darurat dari pemerintah karena pandemi corona diperpanjang. PSSI juga berencana menggulirkan kompetisi pengganti, sambil melihat situasi dan kondisi yang ada.
Menurut Suryanthara, para pemain memang dikontrak hingga Desember atau untuk semusim penuh kompetisi Liga 1. Maka apabila kompetisi resmi dihentikan, maka manajemen akan mengambil langkah lain perihal gaji dan kontrak.
"Kalau kompetisi liga diberhentikan dengan status force majeure secara otomatis berarti mau enggak mau harus menggugurkan kontrak pemain," kata Suryanthara. "Itu yang belum bisa kami bayangkan jika tiba-tiba turnamen untuk mengisi jeda itu. Tapi kita lihat aja regulasi PSSI seperti apa."
Sementara di tengah situasi yang tidak pasti dan kompetisi ditunda, manajemen menyesuaikan gaji para pemain dengan hanya membayar sebesar 10 persen dari total nilai yang tertera dalam kontrak. Manajemen Pangeran Cisadane juga masih bertanggung jawab atas segala kebutuhan lainnya.
"Kami masih bertanggung jawab, fasilitas tetap kami berikan, seperti rumah, mess pemain, dan fasilitas lainnya, hanya digajinya yang kami sesuaikan," jelas Suryanthara.