REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam buku Obsessive Corbuzier Diet (OCD) karya Deddy Corbuzier dijelaskan, puasa memang merupakan aktivitas keagamaan yang sekaligus menjadi warisan kesehatan ajaran agama bagi masyarakat masa kini. Meski buku ini membahas tentang bagaimana pola diet yang sehat melalui tipe diet OCD, namun Deddy menyederhanakan inti dari diet OCD itu sendiri. Yakni dengan berpuasa.
Sekitar tiga sampai empat jam setelah makan, tubuh manusia memasuki apa yang dikenal sebagai postabsorbtive di mana insulin mulai drop. Di sinilah energi yang digunakan oleh tubuh mulai datang dari sumber internal dalam tubuh itu sendiri.
Hati adalah sumber utama glikogen yang disimpan melalui glikogenolisis (sumber utama bukan dari otot, kecuali mereka terlibat dalam aktivitas keras sekali). Juga dengan insulin menjatuhkan (dan gula darah turun) maka datang peningkatan lipolisis (membebaskan lemak dan menggunakan mereka untuk energi), dan gluconeogenesis (mengkonversi sumber-sumber non-karbohidrat seperti gliserol dan asam amino menjadi glukosa).
Tingkat hormon lipolitik seperti glukagon, growth hormone (hormon pertumbuhan), dan katekolamin akan meningkat memungkinkan lebih banyak lemak yang akan dirilis. Maka semakin lama orang berada dalam posisi tanpa makanan (keadaan rendah insulin), maka hal itu akan semakin meningkatkan proses ini.
Sebagian besar waktu akan membuat hati kita bekerja untuk memasok otak kita dengan proses gilikogen dan lemak akan terbakar dengan sendirinya. Keadaan ini akan terus terjadi hingga hari ketiga orang tanpa makan, barulah tubuh akan mengalami kerusakan sedikit demi sedikit apabila puasa dilakukan lebih dari tiga hari.
Maka, Deddy menjelaskan, puasa singkat tubuh akan mulai meningkatkan lipolisis (proses pelepasan lemak). Hal ini dilakukan dengan menurunkan insulin dan meningkatkan lipolitik seperti glukagon, hormon pertumbuhan, dan katekolamin. Sebab, sel-sel lemak mendapatkan pesan kuat dan membuka pintu mereka untuk membakar lemak.