Rabu 15 Apr 2020 16:46 WIB

Seperti Jakarta, Penyebab Dentuman di Sleman Juga Misterius

Seperti di Jakarta, sebagian warga Sleman juga mendengar suara dentuman.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Bayu Hermawan
Kubah lava Gunung Merapi terlihat dari Desa Kalitengah, Glagaharjo, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta, Jumat (10/4/2020). Menurut laporan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta pada tanggal 27 Maret - 2 April 2020, analisis morfologi area kawah menggunakan foto udara menunjukan volume kubah lava telah mencapai 291 ribu meter kubik dan sedikit mengalami perubahan bentuk
Foto: ANTARA/Hendra Nurdiyansyah
Kubah lava Gunung Merapi terlihat dari Desa Kalitengah, Glagaharjo, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta, Jumat (10/4/2020). Menurut laporan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta pada tanggal 27 Maret - 2 April 2020, analisis morfologi area kawah menggunakan foto udara menunjukan volume kubah lava telah mencapai 291 ribu meter kubik dan sedikit mengalami perubahan bentuk

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Suara dentuman didengar oleh sebagian warga Kabupaten Sleman pada Selasa (14/4) dini hari. Namun, seperti suara dentuman yang terdengar di wilayah Jakarta dan sekitarnya pada Sabtu (11/4) dini hari, belum ada penjelasan ilmiah apa penyebab terjadinya suara dentuman tersebut.

Uniknya, baik di Jakarta maupun Sleman, keduanya terjadi dini hari sekitar 02.00 hingga 04.00. Di Kabupaten Sleman, memang tidak semua warga mendengar suara dentuman. Sebagian besar didengar di daerah-daerah yang cukup tinggi.

Baca Juga

Namun, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) sudah mengonfirmasi bahwa suara dentuman tidak ada kaitannya dengan aktivitas Gunung Merapi. Terlebih, aktivitas Gunung Merapi cukup landai.

Untuk aktivitas kegempaan, selama periode pengamatan 00.00-06.00 terdapat dua embusan beramplitudo 2-3 milimeter berdurasi 14,8-17,2 detik. Lalu, satu gempa frekuensi rendah beramplitudo lima milimeter berdurasi 10,7 detik.

Kemudian, ada 14 gempa hibrida beramplitudo 2-6 milimeter berdurasi 6-10,5 detik serta satu gempa tektonik jauh beramplitudo 12 milimeter dengan durasi 49 detik. Secara meteorologi, cuaca cerah dan angin bertiup lemah ke timur.

Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Sleman, Agus Riyanto, melaporkan, pada Selasa dini hari memang ada dua gempa masing-masing 3,4 skala Richter di Pacitan dan 3,5 skala Richter di Jember. "Terkait pertanyaan adanya dentuman, tidak ada hubungannya dengan aktivitas seismik di atas," kata Agus, Rabu (15/4).

Selain itu, Agus tidak bisa memastikan asal muasal suara dentuman pada Selasa dini hari terjadi beberapa kali. Terlebih, ia menegaskan, kewenangan BMKG hanya terhadap aktivitas kegempaan.

"Jadi, berdasarkan catatan alat yang ada saja kami sampaikan," ujar Agus.

Sejauh ini belum ada dampak yang dilaporkan akibat suara dentuman tersebut. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DI Yogyakarta belum pula melaporkan adanya kerusakan akibat kejadian walaupun suara dentuman itu didengar cukup jelas. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement