Jumat 17 Apr 2020 12:08 WIB

Pengelolaan Wisata Berbasis Komunitas Terus Dikembangkan

Pengelolaan bisnis pariwisata berbasis komunitas terus berkembang.

Danau Toba (Ilustrasi).
Foto: dok. KBRI Kopenhagen
Danau Toba (Ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Entitas bisnis pariwisata melalui komunitas atau lebih dikenal dengan Community Based Tourism (CBT) atau wisata berbasis komunitas sedang berkembang. CBT sendiri merupakan program ekowisata yang dikembangkan oleh komunitas-komunitas lokal yang harus didukung oleh pemerintah, tur operator dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).

Salah satu lokasi wisata yang dikelola berdasarkan program CBT ada di Kabupaten Simalungun, Sumatra Utara. Kepala Desa Tambun Raya, Kabupaten Simalungun Bilher Damanik mengatakan, pihaknya dibantu swasta untuk mencapai cita-cita membangun lokasi wisata baru. Pihak swasta itu adalah PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JCI).

Baca Juga

"Kami senang ada perusahaan zeperti PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk yang peduli dengan program-progam mendukung partisipasi komunitas di lingkungan kami melalui CBT. Harapan saya program ini dapat menjadi program-program percontohan di kawasan lain di Indonesia," kata Bilher melalui siaran persnya yang diterima Republika, Jumat (17/4).

Menurut Bilher, desanya mendapat tawaran pengembangan manfaat ekonomi lewat ecotourism. Basisnya tentu saja komunitas setempat.

Hasilnya kelak adalah peningkatan pendapatan, kesejahteraan, pendidikan, sarana dan prasarana yang biasanya tidak terjangkau didaerah pinggiran yang memiliki jarak jauh dengan perkotaan. Terlebih lagi, masyarakat yang berada di daerah pinggiran ini pun biasanya hidup di bawah garis kemiskinan dan memiliki latar pendidikan yang rendah.

"Program-program ini secara keseluruhan akan meningkatkan kualitas hidup masyarakat kami,"kata Bilher.

Menurut Bilher, upaya membangun ecotourism berbasis komunitas ini akan membuka peluang bagi masyarakat di daerah pinggiran (pedesaan). Di mana, masyarakat terlibat secara aktif mengembangkan dan membangun secara serius destinasi pariwisata yang ada di kampungnya.

Untuk diketahui, pariwisata adalah salah satu sektor petumbuhan ekonomi tercepat dan terbesar di dunia saat ini. Industri pariwisata penyuplai sepertiga dari lapangan pekerjaan di negara-negara berkembang dan meliputi 30 persen dari nilai ekspor jasa di seluruh dunia. Industri pariwisata menghasilkan rata - rata USD 3 milyar perhari dari keseluruhan nilai ekspor di negara berkembang.

Demikian juga di Indonesia. Prospek wisata di Kawasan yang bukan daerah tujuan wisata dapat dikembangkan dengan baik bahkan bisa meningkatkan perbaikan eknomi bagi masyarakat lokal sekitarnya dengan adanya CBT ini. Orang memilih Kawasan wisata baru karena terkadang jenuh dengan Kawasan wisata yang sudah diexplotasi besar-besaran.

Di sisi lain, program CBT dapat mendukung program eco wisata yang justru sedang dihimbau pemerintah. Bahkan banyak lokasi wisata baru di desa dan kabupaten yang dikembangkan oleh masyarakat setempat dengan dukungan pemerintah desa, kota atau kabupaten. Program ini bisa meningkatakan pendapatan masyarakatnya.

Ini juga sesuai dengan trend pariwisata dunia sendiri saat ini adalah meningkatkan kepedulian terhadap keberlangsungan obyek wisata sendiri dan meminimalkan ekses negatifnya dengan konsep sustainable tourism dan ecotourism yang menyatukan pelestarian lingkungan alam, komunitas dan meningkatkan kesejahteraannya. 

Ecotourism akan meningkatkan kesadaran baik masyarakat di sekitar destinasi maupun pengunjung untuk bersama-sama menjaga dan melindungi lingkungan dan alam sekitar serta adat dan budaya local untuk keberlangsungannya.

Sementara, Kementerian Pariwisata juga memberikan perhatian lebih terhadap pengembangan CBT. Josua Puji Mulia Simanjuntak sebagai Staf Ahli Bidang Inovasi dan Kreativitas Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mengatakan, dengan bergabungnya Kementerian Pariwisata dan Badan Ekonomi Kreatif maka konsep pariwisata berbasis ekonomi kreatif yang dijalankan komunitas menjadi perhatian khusus.

Terutama yang berlokasi di desa desa yang akan menjadi kekuatan. Desa desa di Indonesia memiliki banyak kekuatan kreatifitas berbasis kearifan lokal. Ini harus dikembangkan menjadi community based tourism.

"Saat ini sedang dalam perencanaan untuk memperkuat potensi ekonomi kreatif di daerah, termasuk desa," kata Puji Mulia.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement