REPUBLIKA.CO.ID, SERANG -- Seorang warga Kelurahan Lontar baru, Kecamatan Serang, Kota Serang, Provinsi Banten, Yuli Nur Amelia (42 tahun) meninggal dunia pada Senin (20/4).Ia adalah warga yang kisahnya viral pada Sabtu (18/4) karena menyebut tidak bisa makan selama dua hari karena penghasilan keluarganya terhenti lantaran Covid-19.
Kisah Yuli sejak saat ini membuat banyak pihak tergerak untuk membantu. Berbagai elemen masyarakat hingga pemerintah daerah turut membantu ibu empat anak tersebut.
Namun belum lama ia merasakan bantuan, Yuli meninggal pada Senin (20/4) sekitar pukul 15.30 WIB di perjalanan menuju ke Puskesmas setempat. Suami Yuli, Kholid (42 tahun) menjelaskan bahwa istrinya hingga Senin siang tidak memperlihatkan tanda-tanda sakit.
Istrinya pada hari itu beraktivitas seperti biasa dan berinteraksi bersama keempat anaknya sambil merapikan bantuan yang berasal dari masyarakat. “Segar dari pagi Siang sekitar jam dua saya dikasih tahu anak saya. Ayah, bunda pingsan,” ujar Kholid di rumah duka, Senin (20/4) malam.
Usai pingsan, Kholid bersama tetangga membawa Yuli ke puskesmas untuk mendapat perawatan. Namun ternyata istrinya meninggal tidak lama setelah dibawa ke Puskesmas.
Kholid mengaku tidak tahu penyebab kematian istrinya tersebut. Namun ia berkata kalau Yuli memang sedang memiliki beban pikiran “Ini mah, beban pikiran. Mungkin banyak orang yang bicara terkait langkah istri saya. Tapi, sebelumnya saya sudah bilang agar tetap sabar,” jelasnya.
Sementara Wali Kota Serang Syafrudin menuturkan ia juga sudah mendapat informasi tentang Yuli sejak Sabtu (18/4). Karena itu ia sudah memerintahkan Camat Serang dan Dinas Sosial untuk membantu warganya tersebut pada Ahad (19/4).
Syafrudin membenarkan kalau keluarga Yuli memang tergolong sebagai masyarakat dengan ekonomi rendah sehingga untuk mencukupi biaya makan memang sangat terbatas. Namun ia mengatakan kalau Yuli dan keluarganya sebenarnya tetap makan pada dua hari itu, meski dengan menu sederhana.
"Saya tanya ke petugas Dinsos, apakah betul tidak makan almarhumah ini selama dua hari hanya makan air?, jawaban dari petugas menyebut kalau kayaknya berita itu tidak pas. Sebab ketika datang ke rumah almarhumah di situ ada pisang goreng, di situ ada singkong. Ketika ditanya petugas suaminya di mana, dijawab sedang beli rokok, berarti kan punya uang karena ketika itu katanya beli rokok satu bungkus," ujar Syafrudin.
Meski begitu, ia mengaku sudah membuat surat edaran ke setiap Camat dan Lurah untuk mengontrol dan memperhatikan warganya lebih serius di masa-masa Covid-19 ini.
Syafrudin juga menjelaskan Pemerintah Kota (Pemkot) Serang dalam waktu dekat akan memberikan bantuan dana Jaring Pengaman Sosial (JPS) untuk membantu warganya. Saat ini, sementara ada 81 ribu warga yang akan menerima bantuan JPS yang rencananya disalurkan pada awal bulan Ramadhan.
"Sebenarnya kami anggarkan untuk JPS jumlahnya ada 35 ribu, tapi setelah pendataan RT RW ternyata jumlahnya sampai 81 ribu kurang sedikit. Untungnya kami dapat bantuan dari Pemprov Banten 16 ribu dan Pemerintah Pusat 16 ribu untuk JPS," ungkapnya.
Atas meninggalnya Yuli, Syafrudin menuturkan bela sungkawanya dan meyakinkan akan mencegah agar kejadian ini tidak terulang kembali. "Atas nama pribadi dan pemkot saya sampaikan turut berduka, mudah-mudahan ibu Yuli ini diterima semua amal ibadahnya," katanya.
Adapun Juru Bicara Penanggulangan Covid-19 Kota Serang Hari Pamungkas menuturkan saat ini kematian Yuli saat ini masih dalam pemeriksaan. Meski begitu, diagnosa awal dari Puskesmas menyebut meninggalnya Yuli terjadi karena serangan jantung.
"Diagnosa awalnya memang karena serangan jantung dan bukan karena kelaparan. Kita memang masih menunggu hasil visum, tali kalau melihat gejala klinisnya, diagnosanya karena sakit jantung," jelas Hari.
Hari juga menjelaskan kalau Yuli dan keluarganya sebelum meninggal sudah masuk dalam pendataan kelurahan untuk penerima JPS pada Selasa (14/4). Pemkot Serang juga berencana akan membantu keluarga yang ditinggalkan Yuli untuk tinggal di rumah yang lebih layak.
"Karena yang bersangkutan menumpang di mess kantor pajak, akan kita bantu dengan program pemerintah seperti pembangunan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) atau juga nanti diambil solusi untuk tinggal di Rusunawa di daerah Kaujon," ungkapnya.