REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) mendorong para pelaku dan penyelenggara kegiatan (event) mempersiapkan strategi untuk menghadapi perubahan tren baru dalam berwisata sekaligus bersiap menghadapi proyeksi lonjakan kinerja pariwisata pascapandemi Covid-19.
Deputi Bidang Pemasaran (Kemenparekraf) Nia Niscaya menjelaskan, pascapandemi Covid-19 diperkirakan akan terjadi paradigma dan tren berwisata baru yang lebih mengarah pada kesehatan dan kenyamanan. "Seperti dari sisi atraksi, wisatawan akan lebih memilih dan fokus pada atraksi wisata yang memperhatikan kapasitas. Di Italia sudah mulai penerapan social distancing di area pantai," kata Nia, Rabu (29/4).
Kemudian dari sisi transportasi. Pascapandemi diprediksi terdapat perubahan dimana wisatawan akan lebih memperhatikan waktu lama transit dan jika perlu akan mengambil rute penerbangan langsung. "Di Batam dan Bintan, kenyamanan, sanitasi, dan higenitas di kapal ferry juga menjadi perhatian. Contoh lainnya maskapai Emirates yang melakukan rapid test kepada seluruh calon penumpangnya," kata Nia.
Untuk preferensi produk, lanjut Nia, sebelumnya wisatawan mencari atraksi yang sedang ramai dan viral, serta posisinya dekat atau bahkan di perkotaan. Namun nantinya tren itu berubah ke arah kesehatan, aktivitas outdoor yang memiliki udara sejuk, self-driving, dan private tour.
Tren baru juga akan tampak di sisi akomodasi, dulu wisatawan memikiran harga. Nantinya harga sudah tidak lagi terlalu diperhatikan yang jadi perhatian adalah higienitas, sanitasi, dan keamanan.
Yang terakhir adalah label higienitas. "Hal ini sudah kami koordinasikan dengan Kementerian Kesehatan dan ini menjadi pekerjaan rumah Kemenparekraf untuk memberikan panduan sebagai pedoman yang dapat disosialisasikan," kata Nia.
Nia juga menjelaskan, di tengah fase tanggap darurat pihaknya telah melakukan serangkaian strategi komunikasi baik ke dalam maupun luar negeri. Untuk dalam negeri, Kemenparekraf telah melakukan edukasi terkait bahaya Covid-19.