Kamis 30 Apr 2020 18:18 WIB

Kementan Integrasikan Aplikasi Peta Ekspor ke Pasar Global

Dengan integrasi diharapkan pemangku kepentingan bisa mengambil informasi relevan

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo.
Foto: Kementan
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Untuk mendorong peningkatan kinerja ekspornya, Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Badan Karantina Pertanian (Barantan) menggandeng pasar digital global, untuk mendorong peningkatan ekspor pertanian melalui perdagangan digital atau e-commerce. Yakni dengan mengintegrasikan peta aplikasi ekspor produk pertanian atau Indonesia Map of Agriculture Export (IMACE) dengan pasar digital global melalui platform IndonesiaHub yang akan diluncurkan pada bulan Juni 2020.

"Paradigma digital menjadi penting. You do digital or you die, untuk itu pertanian yang saat ini kita bentuk adalah yang maju, mandiri dan modern," kata Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) saat menyaksikan integrasi aplikasi di ruang AWR Kementan, Jakarta, Jumat (30/4).

Menurut Mentan SYL, dengan integrasi ini diharapkan para pemangku kepentingan dapat mengambil informasi relevan yang dibutuhkan. Sementara bagi pihaknya selakunya regulator hal ini dapat memudahkan dalam menyusun disain regulasi kedepan yang lebih kondusif memayungi dunia usaha yang berkeadilan.

Sementara bagi dunia usaha akan mempeoleh informasi yang cukup terkait ketersediaan produk pertanian berorientasi ekspor, baik dari sisi jumlah, kawasan/lokasi serta negara tujuan.

Pimpinan PT Anugerah Tangkas Transportindo selaku authorized channel partner alibaba.com, Siswadhy Pranoto menyambut baik integrasi ini. Misalnya terkait dengan bunga melati yang merupakan komoditas pertanian unggulan Jawa Tengah ini, di saat negara lain seperti Thailand dan India tidak bisa menghasilkan melati, sementara pada saat itu produk tanah air berlimpah, sehingga dapat ekspor ke negara tersebut. Demikian juga misalnya manggis yang memiliki titik sentra yang masa matangnya bisa berbeda-beda dalam satu sentra.

"Dengan terintergasi dengan aplikasi IndonesiaHub yang menjadi penghubung ekspor untuk produk pertanian dengan berkolaborasi dgn IMACE menjadi kolaborasi yang sangat berguna bagi pembeli di luar negeri," jelas Siswadhy.

Tren, ekspor pertanian meningkat

Pada saat yang bersamaan, Mentan SYL juga melakukan pengiriman sertifikat elektronik karantina pertanian ke Belanda untuk komoditas kopi dan santan kelapa. Sertifikat elektronik yang diterima langsung oleh pejabat otoritas karantina pertanian Belanda, Lex Morret.

"Indonesia patut bersyukur karena ditengah suasana pademi, masih dapat melakukan ekspor. Produk yang berkualitas, berdaya saing dan juga digemari dunia termasuk negaranya," tegasnya.

"Saya mengajak seluruh pemangku kepentingan di bidang pertanian untuk terus bersama melawan pandemi. Terus bekerja keras menyiapkan pangan bagi seluruh masyarakat sekaligus ekspor produk kita ke manca negara," sambung SYL.

Kepala Barantan Kementan, Ali Jamil yang turut hadir dan mendampingi Menteri Pertanian menyebutkan ragam komoditas sebanyak 166 jenis, dengan total 28 ribu ton senilai Rp 753,6 milyar ke 43 negara tujuan ekspor. Sementara secara nasional, ekspor pada hari ini yang dilepas 94,7 ribu ton dengan nilai Rp 1,12 triliun.

Melansir dari data BPS, neraca perdagangan Indonesia justru mengalami surplus sebesar 743 dolar AS, di tengah wabah pandemi virus Covid-19. Surplus terjadi karena nilai ekspor mencapai 14,09 dolar AS miliar atau tumbuh 0,23 persen dari 14,06 miliar dolar AS pada Februari 2020.

"Ekspor pertanian mengalami kenaikan signifikan baik secara bulan maupun tahunan. Tercatat, ekspor pertanian mencapai  320 juta dolar AS, atau naik 6,10 persen (mtm) dan naik 17,82 persen (yoy)," sebutnya.

"Sehingga sektor pertanian memiliki posisi dan peranan besar terhadap kenaikan kinerja ekspor. Tercatat ekspor non migas sebesar 13,42 miliar dolar AS atau naik 1,24 persen dari sebelumnya yang hanya 13,26 miliar dolar AS pada Februari 2020," tambah Ali Jamil.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement