REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Savitry Icha Khairunnisa, WNI dan Penulis Buku Tinggal Haugesund, Norwegia
Kisah Nabi Yusuf alaihissalam dalam al-Qur'an diabadikan dalam beberapa fragmen, yang kemudian disatukan dalam surah khusus, yakni Surah Yusuf (Surah ke-12 dalam al-Qur'an). Ini menandai nilai pentingnya kisah tersebut untuk diambil pelajaran. Terutama tentang keluarga, keteguhan dalam bertauhid, visi dan kebijakan seorang pemimpin, dan masih banyak lagi.
Bila kita simak, lintasan kehidupan Nabi Yusuf alaihissalam penuh dengan ujian yang sangat berat, bahkan sejak beliau masih kecil. Sang ayah, Nabi Ya'qub alaihissalam, lebih menyayangi Yusuf dibandingkan kesebelas anaknya yang lain. Hal ini membawa efek yang luar biasa dalam perjalanan nasib Nabi Yusuf selanjutnya.
Bagaimana beliau dibuang ke dalam sumur oleh kakak-kakaknya, lalu ditemukan oleh kafilah dagang. Dibawa ke Mesir dan dijadikan budak. Kemudian seperti yang kita tahu, beliau menghadapi fitnah yang besar, yang bersumber dari kehidupannya sebagai pelayan keluarga al-Aziz, seorang menteri di Kerajaan Mesir.
Singkat cerita, Nabi Yusuf dijebloskan ke penjara, meski beliau terbukti tidak bersalah.
Nabi Yusuf terkenal dengan ucapannya, bahwa "Penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka. Dan jika tidak Engkau hindarkan daripadaku tipu daya mereka, tentu aku cenderung memenuhi ajakan mereka, dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh." [QS Yusuf 12:33]
***
Kuasa Allah kemudian menjadikan Nabi Yusuf sebagai penasihat raja. Dengan mukjizatnya sebagai ahli takwil mimpi, Nabi Yusuf berhasil menyelamatkan negeri Mesir dari masa paceklik yang panjang. Atas izin Allah pula, Yusuf bisa bersatu kembali dengan ayah yang dicintainya, dan saudara-saudaranya, setelah terpisah sekian puluh tahun lamanya.
Kemuliaan dan keluasan hati Nabi Yusuf alaihissalam membuat beliau bermurah hati dan memaafkan perbuatan jahat saudara-saudaranya di masa lampau. Kebahagiaan keluarga yang bisa berkumpul kembali ini, juga membawa keajaiban. Nabi Ya'qub yang sudah renta dan buta matanya akibat menahan kesedihan hebat terpisah dari anak kesayangannya, akhirnya diperkenankan Allah untuk kembali bisa melihat. Nabi Yusuf adalah obat bagi ayahandanya.
***
Dari kisah ini, kita bisa mengambil beberapa ibrah, di antaranya adalah kejujuran, hormat pada orangtua, dan bagaimana Nabi Yusuf selalu mengemban amanah dengan sebaik-baiknya.
Dari beliau kita juga bisa belajar bahwa terkadang jalan sulit dan pedih akan lebih membawa kebaikan bagi kita. Dunia seringkali menawarkan kesenangan semu nan menipu. Menjauh dari kesenangan duniawi justru bisa membuat kita semakin dekat Sang Pencipta.
Nabi Yusuf juga membuktikan bahwa dirinya adalah pemimpin yang amanah, tangguh, visioner, sekaligus welas asih pada rakyatnya. Kualitas pemimpin yang mumpuni seperti inilah yang semakin langka di zaman sekarang. Pemimpin yang kita idam-idamkan dan masih sulit dicari.
Terakhir, kita bisa mencontoh sifat sabar dan pemaaf Nabi Yusuf. Sabar dalam menghadapi ujian seberat apapun. Karena sebagai muslim kita wajib meyakini bahwa Allah tidak akan memberi ujian kecuali sesuai dengan kadar kemampuan hamba-Nya. Dan bahwa bersama setiap kesulitan, insyaAllah akan ada kemudahan dan kebaikan yang lebih besar.
Sifat pemaaf dan legowo yang ditunjukkan Nabi Yusuf, sangat sesuai untuk kita terapkan dalam kehidupan kita. Terutama di bulan suci Ramadhan yang penuh maghfiroh ini.
Wallahu a'lam bishshawwab.