Sabtu 09 May 2020 11:36 WIB

Ilmuwan AS Ingatkan Tuduhan ke China Soal Corona Sembrono

Tuduhan AS soal kebohongan China ditolak pakar dan ilmuwan seluruh dunia.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Dwi Murdaningsih
Virus corona dalam tampilan mikroskopik. (ilustrasi)
Foto: EPA/CDC
Virus corona dalam tampilan mikroskopik. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Seorang ilmuwan AS menyebutkan bahwa menyalahkan China atas pandemi Covid 19 dengan kebohongan yang ceroboh dapat mendorong dunia ke arah konflik. Dalam sebuah artikel opini yang diterbitkan oleh CNN, profesor Jeffrey D. Sachs, direktur Pusat Pembangunan Berkelanjutan di Universitas Columbia, mengecam tudingan pemerintah AS bahwa China adalah penyebab masalah Amerika.

Pasukan sayap kanan AS bahkan mengklaim bahwa pandemi Covid 19 adalah hasil dari pelepasan yang tidak disengaja dari laboratorium China. Klaim semacam itu telah ditolak oleh para ilmuwan dan pakar di seluruh dunia.

Baca Juga

Menurut CNN, bahkan pakar penyakit menular utama Presiden AS Donald Trump, Anthony Fauci menyebut temuan rahasia dari badan intelijen Five Eyes membantah klaim ini.

"Menyebut tuduhan seperti itu sembrono dan berbahaya," kata Sachs dilansir di Xinhua, Sabtu (9/5).

Sachs memperingatkan bahwa mereka bisa mendorong dunia untuk konflik seperti kebohongan Pemerintahan Bush tentang senjata pemusnah massal di Irak yang mendorong AS ke dalam perang pada tahun 2003.

Terlepas dari temuan dan analisis ilmiah yang mengindikasikan asal virus itu, Menlu AS Mike Pompeo menegaskan: "Ada sejumlah besar bukti bahwa ini berasal dari laboratorium di Wuhan," kata Pompeo.

Sachs menulis bahwa situasinya mengingatkan negara pada akhir era McCarthy, mengingatkan bahwa Senator Joseph McCarthy menggunakan

kebohongan dan sindiran untuk menakut-nakuti orang Amerika agar tunduk. "Selain dari klaim rilis laboratorium, pemerintah AS dan media sayap kanan juga menuduh bahwa China menutupi wabah selama berminggu-minggu," ujar Sachs.

Dia ingat bahwa pejabat kesehatan Wuhan memberi tahu kantor Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di China pada 31 Desember 2019, hanya beberapa hari setelah Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Wuhan di Provinsi Hubei, China tengah, mendeteksi kasus-kasus pneumonia yang penyebabnya tidak diketahui.

Badan kesehatan China menghubungi AS pada 3 Januari 2020. Genom itu sepenuhnya diurutkan dan diterbitkan online pada 12 Januari, dan Wuhan lockdown pada 23 Januari.

"Mengingat kebingungan awal yang tak terhindarkan tentang penyakit baru yang belum pernah dilihat sebelumnya, itu adalah jadwal yang cepat," kataya.

Sachs menambahkan,  bahaa tuduhan sayap kanan terhadap China tidak masuk akal. "Intinya pada epidemi dan kegagalan Trump yang buruk," ujarnya.

Menurut profesor tersebut, pada 30 Januari, ketika WHO mengumumkan darurat kesehatan masyarakat global, tidak ada kematian Covid 19 di Amerika Serikat.

"Sekarang ada lebih dari 71 ribu kematian di AS. Ada banyak peringatan." ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement