REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Surah al-Baqarah ayat 183 menegaskan perintah bagi kaum beriman agar berpuasa Ramadhan. Selain itu, ayat yang sama juga menyatakan tujuan ibadah puasa, yakni "agar kalian (orang beriman) bertakwa."
Upaya menjadikan pribadi bertakwa tak begitu saja diperoleh. Muslimin harus melewati ujian yang cukup berat.
Oleh karena itu, Ramadhan sering pula disebut bulan ujian. Sebab, di dalamnya ada latihan-latihan menuju peningkatan derajat ketakwaan yang paripurna.
Dengan perkataan lain, Ramadhan merupakan ladang ujian bagi orang-orang yang beriman. Ujian untuk diketahui siapa di antara mereka yang mampu menghadapinya dengan baik, sehingga menghasilkan peningkatan kualitas amal.
Bila kita ingin berhasil melewati ujian tersebut, seyogianya bulan ini tidak dibiarkan berlalu begitu saja tanpa diisi berbagai aktivitas yang bermanfaat.
Dalam suatu hadis qudsi, Rasulullah SAW menyampaikan firman Allah SWT, "Puasa adalah sebuah benteng. Oleh karena itu, jika seseorang di antara kamu berpuasa maka jangan berkata kotor (rafats), jangan berbuat jahil (berperilaku bodoh). Dan, jika seseorang datang memusuhi atau mencaci maki, maka (jangan layani, dan) katakan, 'Sesungguhnya aku sedang berpuasa'" (HR Bukhari).
Meski bermakna ujian, Ramadhan sesungguhnya memiliki kemudahan dan peluang untuk melewatinya dengan baik. Salah satunya, Rasulullah saw pernah bersabda, "Apabila Ramadhan tiba, maka pintu-pintu surga dibukakan lebar-lebar, pintu-pintu neraka dikunci rapat-rapat, dan setan-setan dibelenggu erat-erat" (HR Muslim).
Hadis ini sesungguhnya membawa informasi bahwa Allah memberi peluang dan kemudahan seluas-luasnya kepada setiap orang beriman untuk memperbanyak amal kebajikan, baik ibadah formal maupun sosial.
Mereka yang berhasil memanfaatkan peluang dan kemudahan itu dengan baik, derajat takwa menanti sebagaimana dijanjikan Allah SWT.