REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Muhammad Subarkah, Jurnalis Republika.
Kisah di bawah ini adalah potongan tulisan tentang sirah 'Sejarah Muhammad' karya penulis Mesir, Muhammad Huasain Haekal.Tulisan dia adalah salah satu karya monumental dari sekian banyak tulisan mengena sejarah hidup Rasullah SAW. Aslinya karyA ini dalam bahasa Arab, kemudian diterjemahkan oleh salah satu penulis terbaik Indonesia dalam soal penerjemahan karya-karya berbahasa Arab, Muhammad Ali Audah.
Kisah di bawah ini adalah potongan bukunya yang bercerita tentang mualafnya Umar ibn Khatab. Dia pada zaman Rasullah SAW hidup adalah sosok yang sangat disegani sekaligus ditakuti oleh masyarkat Qurays. Bahkan, dalam doanya Nabi Muhammad SAW kala itu kerap memohonkan agar Umar diberi hidayah memeluk agama Islam. Berikut kisahnya:
-----------------
Waktu itu ‘Umar ibn’l-Khattab adalah pemuda yang gagah perkasa, berusia antara tigapuluh dan tiga puluh lima tahun. Tubuhnya kuat dan tegap, penuh emosi dan cepat naik darah. Kesenangannya foya-foya dan minum-minuman keras. Tetapi terhadap keluarga ia bijaksana dan lemah-lembut. Dari kalangan Quraisy dialah yang paling keras memusuhi kaum Muslimin.
Akan tetapi sesudah ia mengetahui, bahwa mereka sudah hijrah ke Abisinia dan mengetahui pula rajanya memberikan perlindungan kepada mereka, ia pun merasa kesepian berpisah dengan mereka itu. Ia merasakan betapa pedihnya hati, betapa pilunya perasaan mereka berpisah dengan tanah air.
Tatkala itu Muhammad sedang berkumpul dengan sahabat-sahabatnya yang tidak ikut hijrah, dalam sebuah rumah di Shafa. Di antara mereka ada Hamzah pamannya, Ali bin Abi Talib sepupunya, Abu Bakr b. Abi Quhafa dan Muslimin yang lain. Pertemuan mereka ini diketahui ‘Umar. Iapun pergi ketempat mereka, ia mau membunuh Muhammad. Dengan demikian bebaslah Quraisy dan kembali mereka bersatu, setelah mengalami perpecahan, sesudah harapan dan berhala- berhala mereka hina.
Namun, di tengah jalan ia bertemu dengan Nu’aim b. Abdullah. Setelah mengetahui maksudnya, Nuiaim berkata: “Umar, engkau menipu diri sendiri. Kaukira keluarga ‘Abd Manaf. akan membiarkan kau merajalela begini sesudah engkau membunuh Muhammad? Tidak lebih baik kau pulang saja ke rumah dan perbaiki keluargamu sendiri?!”
Pada waktu itu Fatimah, saudaranya, beserta Sa’id b. Zaid suami Fatimah sudah masuk Islam. Tetapi setelah mengetahui hal ini dari Nu’aim, Umar cepat-cepat pulang dan langsung menemui mereka. Di tempat itu ia mendengar ada orang membaca Qur’an. Setelah mereka merasa ada orang yang sedang mendekati, orang yang membaca itu sembunyi dan Fatimah menyembunyikan kitabnya.
“Aku mendengar suara bisik-bisik apa itu?!” tanya Umar.
Karena mereka tidak mengakui, Umar membentak lagi dengan suara lantang: “Aku sudah mengetahui, kamu menjadi pengikut Muhammad dan menganut agamanya!” katanya sambil menghantam Sa’id keras-keras. Fatimah, yang berusaha hendak melindungi suaminya, juga mendapat pukulan keras. Kedua suami isteri itu jadi panas hati.
“Ya, kami sudah Islam! Sekarang lakukan apa saja,” kata meteka.
Tetapi Umar jadi gelisah sendiri setelah melihat darah di muka saudaranya itu. Ketika itu juga lalu timbul rasa iba dalam hatinya. Ia menyesal. Dimintanya kepada saudaranya supaya kitab yang mereka baca itu diberikan kepadanya.
Setelah dibacanya, wajahnya tiba-tiba berubah. Ia merasa menyesal sekali atas perbuatannya itu. Menggetar rasanya ia setelah membaca isi kitab itu. Ada sesuatu yang luar biasa dan agung dirasakan, ada suatu seruan yang begitu luhur. Sikapnya jadi lebih bijaksana.
Ia keluar membawa hati yang sudah lembut dengan jiwa yang tenang sekali. Ia langsung menuju ke tempat Muhammad dan sahabat-sahabatnya itu sedang berkumpul di Shafa. Ia minta ijin akan masuk, lalu menyatakan dirinya masuk Islam. Dengan adanya Umar dan Hamzah dalam Islam, maka kaum Muslimin telah mendapat benteng dan perisai yang lebih kuat.
Dengan Islamnya Umar ini kedudukan Quraisy jadi lemah sekali. Sekali lagi mereka mengadakan pertemuan guna menentukan langkah lebih lanjut. Sebenarnya peristiwa ini telah memperkuat kedudukan kaum Muslimin, telah memberikan unsur baru berupa kekuatan yang luarbiasa yang menyebabkan kedudukan Quraisy terhadap kaum Muslimin dan kedudukan mereka terhadap Quraisy sudah tidak seperti dulu lagi.
Keadaan kedua belah pihak ini kemudian diteruskan oleh suatu perkembangan politik baru, penuh dengan peristiwa- peristiwa, dengan pengorbanan-pengorbanan dan kekerasan-kekerasan baru lagi, yang sampai menyebabkan terjadinya hijrah dan munculnya Muhammad sebagai politikus di samping Muhammad sebagai Rasul.
*******
Contoh kisah Umar yang legendaris lainnya adalah ketika dia jadi kalifah menggantikan Abu Bakar. Kala itu Umar mendapat seroang ibu dengan tiga orang anaknya yang memasak batu. Kata sang ibu, dirinya sengaja memaskah batu sebagai kamuflase agar anaknya bisa tertidur karena yakin ibunya tengah memasak.
Mendengar cerita sang ibu Umar pun terkejut. Dia kemudian berbalik mengambilkan bantuan makanan. Dia datang kembali ke ibu itu dengan menggendong bahan makannya sendiri dan dia pun ikut memasak makanan itu.
Potongan kisahnya seperti ada dalam video di bawah ini: