REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – KH Didin Hafidhuddin menyebutkan, Rasulullah SAW dan para sahabat kerap menjadikan momentum puasa Ramadhan sebagai amalan ibadah yang menyehatkan. Cara Rasulullah dan para sahabat menjaga tubuh yakni dengan menjalankan puasa secara benar.
“Rasulullah dan para sahabat itu kalau puasa, ritme hidupnya teratur sekali. Ya makanannya, aktivitasnya, ibadahnya, itu teratur,” kata KH Didin saat dihubungi Republika, belum lama ini.
Beliau menjelaskan, Rasulullah SAW menajaga betul gaya hidupnya ketika berpuasa. Misalnya saat berbuka puasa, kata Kiai Didin, Rasulullah terbiasa memakan dua sampai tujuh buah kurma. Setelah itu Rasulullah melanjutkan aktivitas ibadah.
Kalau pun makan, beliau menjelaskan bahwa Rasulullah SAW beserta para sahabat selalu memakan makanan dengan porsi seadanya. Namun demikian, asupan gizi yang ada dalam sepiring makanan Rasulullah SAW selalu diperhatikan.
“Beda dengan kebanyakan dari kita, begitu buka puasa, semuanya dimakan. Rasul tidak begitu,” ungkapnya.
Umat Islam Indonesia dinilai kerap menghabiskan momentum Ramadhan dengan hal-hal yang kurang berguna. Seperti menghabiskan waktu dengan kemubaziran makan dan minum, tidak menyibukkan diri di sepuluh malam terakhir Ramadhan, serta kurang menjaga ritme ibadah dan kesehatan.
Sebaliknya, beliau menjelaskan, tak sedikit juga umat Muslim yang berlebih-lebihan ketika beribadah di bulan Ramadhan. Padahal jika mengacu pada teladan Rasulullah SAW, beliau tidak tergesa-gesa dalam beribadah dan melakukan amalan secara teratur dan disiplin.
Untuk itulah, menurut Kiai Didin, kondisi pandemi Covid-19 yang mengharuskan masyarakat beraktivitas dan berpuasa dari rumah bisa dijadikan momentum sebagai penguatan fisik dan rohani.
“Salah satu hikmah adanya Covid-19 ini, kita (seperti) disuruh mempersiapkan doa. Rohani serta jasmani kita terisi dengan seimbang,” ungkapnya.
Kiai Didin mengatakan, apabila seseorang melakukan puasa dengan baik dan teratur sebagaimana yang dicontohkan Nabi, puasa justru dapat menjadi penguat tubuh, kesehatan jasmani dan rohani.
“Rasulullah kan bilang, shumu tashihu (puasa itu menyehatkan),” ujarnya.