Kamis 14 May 2020 13:13 WIB

WHO: Pandemi Covid-19 Sebabkan Krisis Kesehatan Mental

WHO mencermati warga dunia dilanda krisis kesehatan mental akibat pandemi Covid-19.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Reiny Dwinanda
Suasana Market Square Bruges selama masa lockdown guna mencegah penyebaran virus corona penyebab Covid-19, Belgia, Rabu (13/5). WHO mengingatkan dampak psikologis yang ditimbulkan oleh masa-masa sulit akibat pandemi Covid-19.
Foto: AP / Virginia Mayo
Suasana Market Square Bruges selama masa lockdown guna mencegah penyebaran virus corona penyebab Covid-19, Belgia, Rabu (13/5). WHO mengingatkan dampak psikologis yang ditimbulkan oleh masa-masa sulit akibat pandemi Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pakar kesehatan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan, pandemi Covid-19 telah menyebabkan krisis kesehatan mental. Pandemi telah membuat seluruh warga dunia terpaksa menjalani karantina secara nasional atau lockdown serta terjadi kekacauan ekonomi.

"Isolasi, ketakutan, ketidakpastian, kekacauan ekonomi, itu semua dapat menyebabkan tekanan psikologis," ujar Direktur Departemen Kesehatan Mental Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Devora Kestel.

Baca Juga

Kestel mengatakan, peningkatan kasus gangguan kesehatan mental kemungkinan terjadi selama pandemi Covid-19. Oleh karena itu, pemerintah harus menempatkan masalah kesehatan mental sebagai prioritas.

"Kesehatan mental dan kesejahteraan seluruh masyarakat sangat dipengaruhi oleh krisis ini dan merupakan prioritas yang harus segera diatasi," ujar Kestel.

Dalam sebuah laporan yang disampaikan oleh Kestel, anak-anak dan remaja yang terisolasi dari teman serta sekolah berisiko mengalami gangguan kesehatan mental. Selain itu, petugas kesehatan yang menangani pasien infeksi virus corona tipe baru penyebab Covid-19 juga rentan terkena gangguan penyakit mental.

Para psikolog mengatakan, anak-anak merasa cemas dan terjadi peningkatan dalam kasus depresi di beberapa negara. Selain itu, kekerasan dalam rumah tangga meningkat dan petugas kesehatan melaporkan peningkatan kebutuhan akan dukungan psikologis.

Laporan WHO juga mengatakan, banyak orang yang tertekan oleh dampak langsung dan konsekuensi dari isolasi fisik. Sementara yang lainnya mengalami ketakutan terinfeksi virus corona dan kehilangan anggota keluarga.

Pekan lalu, Reuters melakukan wawancara dengan dokter dan perawat di Amerika Serikat. Mereka mengatakan bahwa beberapa koleganya mengalami kecemasan, kesedihan, panik, hampa, lekas marah, susah tidur, dan mimpi buruk.

Terhentinya aktivitas ekonomi membuat sejumlah orang berisiko kehilangan pendapatan dan mata pencarian. Ketidakpastian tentang berapa lama pandemi virus corona berlangsung membuat orang-orang merasa cemas dan putus asa terhadap masa depan mereka.

WHO merekomendasikan kepada pemerintah untuk menyediakan layanan psikologis jarak jauh seperti tele-konseling untuk petugas kesehatan yang berada di garis depan. Selain itu, layanan psikologi juga secara proaktif dilakukan kepada orang-orang yang mengalami depresi dan kecemasan. Dalam jangka panjang, negara harus mengurangi penderitaan rakyatnya dengan mengurangi biaya sosial dan ekonomi.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement