REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dari sejumlah kasus kekerasan seksual tidak sedikit yang menimpa anak-anak. Selain menghancurkan fisik, mental mereka juga turut hancur. Bahkan, korban tersebut juga berpotensi menjadi pelaku kekerasan. Seperti kasus yang terjadi pada remaja putri pelaku pembunuhan terhadap anak berusia lima tahun di Sawah Besar, Jakarta Pusat, pada awal Maret lalu. Pelaku ternyata merupakan korban tindak kekerasan seksual.
Perlindungan terhadap anak-anak sudah seharusnya menjadi perhatian. Terutama, menjaga anak-anak agar terhindar dari predator seksual. Dalam hal ini, baik orang tua, guru di sekolah atau pun guru ngaji memiliki peran dalam melindungi anak-anak.
Sekretaris Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) PP Muhammadiyah, Alpha Amirrachman, mengatakan peran orang tua, guru-guru di sekolah dan guru ngaji dalam menjaga anak-anak dari predator seksual adalah dengan memberikan suri tauladan dan mengajarkan nilai-nilai keagamaan. Hal itu, menurutnya, sebagaimana diperintahkan Alqur’an dan dicontohkan Rasullullah SAW.
Alpha mengatakan, anak harus diajarkan bagaimana menghargai diri sendiri dan menjaga kehormatannya. Hal ini dapat dipupuk dengan menanamkan rasa syukur atas segala anugerah dan nikmat yang Allah berikan. Menurutnya, rasa syukur akan membuat anak lebih mudah mengenal potensi yang dimilikinya. Sehingga, anak memahami mana yang baik dan buruk bagi dirinya.
"Dan sejalan dengan itu akan menambah rasa percaya dirinya, tidak membuatnya gamang dalam mengambil keputusan dalam dinamika pergaulan," kata Alpha melalui pesan elektronik kepada Republika.co.id, Kamis (14/5) malam.
Pentingnya menanamkan rasa syukur itu sebagaimana dinyatakan firman Allah dalam Alquran surat Ibrahim ayat 7, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih."
Selain itu, Alpha menjelaskan bahwa nilai-nilai keadaban perlu ditanam sejak dini pada anak. Bukan hanya secara verbal, tetapi juga dengan suri tauladan.
Nilai keadaban itu seperti ditekankan oleh Allah dalam firman-Nya dalam surat an-Nur 24-31, "Katakanlah kepada orang laki–laki yang beriman, 'Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah maha mengatahui apa yang mereka perbuat.” Katakanlah kepada wanita yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera–putera mereka, atau putera–putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allâh, wahai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung."
Lebih lanjut, Alpha mengatakan bahwa sikap keadaban ini perlu ditunjukkan oleh orang dewasa kepada anak-anak. Ketika mereka mulai beranjak dewasa, menurutnya, mereka dapat diajak berbicara dengan lebih terbuka agar mereka senantiasa menghormati diri mereka dan menjaganya sebijak mungkin dari perbuatan-perbuatan tercela ataupun dari perbuatan yang dapat mengundang orang lain berbuat tidak pantas bagi diri mereka. Hal ini sangat penting agar mereka terhindar dari upaya pelecehan seksual.
"Ini sangat penting karena sekali saja mereka mengalami pelecehan seksual, maka ini akan menjadi trauma bagi diri mereka. Dan sebagai pelampiasan dendam dapat mendorong mereka berbuat yang sama atau bahkan lebih ekstrem kepada anggota di lingkunganya, seperti pembunuhan, ketika trauma itu berakumulasi dan memuncak diiringi dengan rasa frustasi dan kegamangan yang menggejolak di alam bawah sadarnya," tambahnya.