REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK - Sebanyak 2.000 pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) masyarakat Baduy di pedalaman Kabupaten Lebak mulai gulung tikar akibat pandemi virus corona atau Covid-19.
"Semua pelaku UMKM warga Baduy sangat terpukul sejak tiga bulan terakhir dengan adanya pandemi Corona itu," kata Tetua masyarakat Badui yang juga Kepala Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak Jaro Saija saat ditemui di Kampung Kadu Ketug Kabupaten Lebak, Sabtu (16/5).
Pelaku UMKM di kawasan hak tanah ulayat tersebut mulai menutup kegiatan usaha karena tidak lagi dikunjungi wisatawan yang biasanya datang dari Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi. Saat ini, pemukiman Baduy menjadi salah satu zona merah penyebaran Covid-19 sehingga diterapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
"Kami berharap penyebaran pandemi Corona segera berakhir dan kunjungan wisatawan kembali normal," ujarnya.
Selama ini, sebagian besar pelaku UMKM masyarakat Baduy membuat kerajinan suvenir atau cenderamata, kain tenun, madu, golok hingga bambu. Namun, dagangan aneka kerajinan untuk sementara harus ditutup karena tidak adanya pengunjung wisatawan.
Padahal biasanya pemukiman masyarakat Baduy di Kampung Kadu Ketug selalu ramai karena warga menggelar dagangan hasil kerajinan pelaku UMKM di bale-bale rumah.
"Kami berharap pelaku UMKM yang terdampak Covid-19 mendapat bantuan dari pemerintah sebagai bentuk kompensasi itu," katanya.
Kudil, seorang pelaku UMKM warga Baduy mengaku bahwa dirinya tidak menjual hasil kerajinan karena tidak ada pembeli selama merebaknya penyebaran Covid-19. Bahkan, menurut dia, sejak tiga bulan terakhir ini, tidak ada wisatawan yang berkunjung.
"Kami percuma saja buang-buang modal dan tenaga jika menggelar kerajinan, namun tidak ada pembelinya," katanya.