Ahad 17 May 2020 10:09 WIB

Restoran Australia dan Selandia Mulai Buka Makan di Tempat

Eropa juga akan mulai membuka pariwisata pada Juni.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Kafe dan restoran di Australia sudah kembali dibuka. Restoran seperti di kawasan Bondi Beach, Sydney, Jumat (15/5), namun harus memastikan pengunjung menjaga jarak dan membatasi jumlah orang yang bisa makan bersamaan hanya maksimal 10 orang.
Foto: EPA
Kafe dan restoran di Australia sudah kembali dibuka. Restoran seperti di kawasan Bondi Beach, Sydney, Jumat (15/5), namun harus memastikan pengunjung menjaga jarak dan membatasi jumlah orang yang bisa makan bersamaan hanya maksimal 10 orang.

REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Pertama kalinya setelah berminggu-minggu pemerintah Australia mengizinkan restoran membuka layanan makan di tempat. Tapi restoran, pub dan cafe harus membatasi jumlah pengunjung dan menerapkan peraturan pembatasan sosial.

"Pesannya adalah ya, apresiasi semua usaha, apresiasi kesempatan untuk melepaskan sejumlah pembatasan, tapi mari jangan gelar pesta, tidak pergi ke kota," kata Presiden Asosiasi Tenaga Medis Australia Tony Bartone, Ahad (17/5).  

Baca Juga

Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern dan tunangannya Clarke Gayford batal makan siang di sebuah restoran di Wellington. Sebab, berdasarkan pedoman kebijakan pembatasan sosial, restoran itu sudah terlalu penuh.

Tapi tiba-tiba ada meja yang kosong dan pegawai restoran tersebut mengejar pasangan itu kembali. Tidak hanya restoran, beberapa negara juga mulai membuka sektor pariwisata.

Industri pariwisata Italia fokus untuk menyambut 3 Juni di mana perbatasan regional dan internasional dibuka kembali. Pertama kalinya muncul prospek pendapatan dari pariwisata sejak Eropa ditutup pada awal Maret lalu. Sejak itu 50 ribu kasur hotel di kota Venesia tak ditempati.

"Venesia hidup dengan pariwisata, semua struktur ekonomi yang beroperasi di kota, termasuk pelabuhan, terkait dengan pariwisata," kata kepala asosiasi hotel Venesia, Claudio Scarpa.

Prancis juga menyerukan koordinasi seluruh Eropa untuk membuka kembali aktivitas ekonomi. Di saat yang sama Menteri Dalam Negeri Prancis Christophe Castaner mengatakan pemerintah Prancis memutuskan 'untuk melindungi warga Prancis' dari negara-negara 'di mana virus masih aktif'.

Ratusan pantai di Prancis sudah dibuka kembali. Tapi Castaner menegaskan pemerintah tidak ragu-ragu untuk menutupnya kembali bila warga tidak mematuhi peraturan yang sudah ditetapkan.

Rencana untuk mengakhiri karantina wilayah yang sudah berlangsung dua bulan masih mengalami kebuntuan. Maka pihak berwenang setempat yang memutuskan apakah membuka pantai atau tidak.

Berdasarkan peraturan baru pengunjung pantai dapat berenang tapi mungkin tidak bisa berjemur atau piknik. Peraturan pembatasan sosial mewajibkan pengunjung untuk membatasi perkumpulan kurang dari 10 orang.

"Virus masih ada, bergerak sesuai dengan pergerakan kami," kata Castaner. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement