Senin 18 May 2020 06:13 WIB
Corona

Hidup Damai Berdampingan Dengan Virus Corona

Di lema virus Corona

Ratusan warga berkumpul di pelataran Sarinah menyaksikan penutupan gerai McDonald
Foto: @SatpolPP_DKI
Ratusan warga berkumpul di pelataran Sarinah menyaksikan penutupan gerai McDonald

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: DR Fuad Bawazier, Mantan Menteri Keuangan

Wabah Virus Corona di seluruh dunia sepertinya tidak akan selesai tahun ini. Indikasinya semakin kuat bahwa sang virus akan terus melanglang buana dari satu tempat ke tempat lain, dari satu kota ke kota lain, dari satu negeri ke negeri lain.

Begitu terus akan berputar putar di muka bumi tidak beda dengan virus flu yang kita kenal selama ini yang sudah menjadi penyakit di tengah masyarakat disemua negeri di seluruh dunia. Sampai bisnis vaksin corona benar benar mapan, seperti vaksin flu, vaksin meningitis dan lainnya. 

Lalu semua orang yang takut akan minta di vaksin anti virus corona, seperti vaksin flu, vaksin meningitis dll itu. So, salah satu target bisnis virus  Corona tercapai. Kemelut wabah yang berlarut ini utamanya karena policy Pemerintah di hampir semua negeri, yang semrawut, tidak efektif, dan rakyat yang tidak disiplin.

Kenyataannya kehidupan dunia sekarang amat terbuka seakan akan bumi ini satu kesatuan negeri tetapi kenyataannya policy-nya amat berbeda beda sehingga bila wabah selesai disatu negeri, ditempat lain masih ada (terjangkit), lalu menulari lagi dan begitu seterusnya, berputar putar.

Jangankan antar negara, di dalam negeri saja ada perbedaan policy antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah yang sering dibarengi dengan rasa persaingan sampai permusuhan, saling serang, kebencian, saling menjatuhkan dan saling menyalahkan, sehingga  sang virus semakin sulit diatasi.

Bukan saja di Indonesia tapi juga di banyak negara lain, wabah Covid-19 ini terasa dijadikan panggung politik, sehingga berbagai policy kurang efektif.  Baik policy yang maju mundur canggung dan tanggung maupun policy yang keras.

Gangguannya di lapangan amat banyak seperti tidak disiplin, tidak kompak, tidak ada kordinasi, agenda terselubung politisi sampai yang cari keuntungan dan KKN di tengah kebuntungan karena Covid-19. Kartu Prakerja yang anggarannya antara lain utk pelatihan sebesar Rp5,6Triliun, meski dikritik habis habisan, dijadikan olok olok dan ditengarai sebagai korupsi kroni istana, kabarnya tetap diteruskan.

Semua duit itu memang menggiurkan makanya tetap nekad. Aji mumpung. Wibawa Pemerintah Pusat semakin terpuruk, bahkan dimata para kades sekalipun. Media asing bahkan menuding Covid-19 telah dimanfaatkan penguasa untuk menghimpun extra kekuasaan dan lebih banyak uang.

Sementara itu mobilitas nasional maupun internasional manusia sebagai pembawa virus tidak bisa dihalangai atau terbendung. Makanya wabah akan terus berputar dan kembali balik ke daerah yang bahkan sudah dinyatakan “sembuh atau terbebas” dari virus. Di Kota Wuhan, China, contohnya.

Jadi inilah dilemanya sekarang ini, uang APBN ngocor tapi wabah berlanjut, rakyat melarat, ekonomi morat marit, dan pemerintah terbirit birit.

Jika kita percaya begitu dan berani jujur mengakuinya, bukankah akan lebih baik bila kerangka strateginya diubah menjadi mari kita hidup "damai" berdampingan dengan virus corona dan mafia virus atau mafia farmasi, sambil secara bertahap/ sambil berjalan  memperbaikinya atau memerangi mafia nya. Ini lebih baik, lebih realistis daripada policy maju mundur yang canggung dan tanggung seperti sekarang ini yang pandemiknya tidak juga teratasi tapi kehidupan ekonominya hancur,

lebih mengerikan lagi.

Didepan mata puluhan juta pekerja sudah dan akan segera jadi penganggur dan miskin. Itulah extra costs yang sedang kita dan dunia bayar karena kecerobohan, ketidakkompakan policy, bahkan saling menjegal.

Dan jangan lupa bahwa bukan tidak mungkin disini ada yang diam diam sebenarnya menginginkan wabah Covid-19 ini berlangsung lama agar ada excuses untuk jualan vaksin, atau bagi yang ingin mencetak uang, dengan alasan untik menolong pebisnis dan rakyat miskin karena ekonominya  hancur oleh pandemi Covid-19.

Jadi mengatur strategi baru untuk hidup berdampingan secara "damai" dengan virus Corona nampaknya suatu pilihan, suatu keniscayaan, daripada tidak dapat dua duanya.

Akhirnya, terima kasih ya pada rakyat Indonesia yang tetap sabar. Bahkan sabar banget.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement