REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Pelaksanaan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Kota Tasikmalaya tak dapat dibilang optimal. Berdasarkan pantauan Republika.co.id, di pusat pertokoan Jalan HZ Mustofa, Kota Tasikmalaya, warga masih banyak yang berkerumun untuk berbelanja. Padahal, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Tasikmalaya mencatat, angka kasus positif terus bertambah meski PSBB diberlakukan.
Republika.co.id, mencoba mengunjungi kawasan pusat pertokoan Jalan HZ Mustofa pada Selasa. (19/5) siang. Meski kawasan itu tak boleh dilalui kendaraan bermotor selama PSBB, masih terdapat toko-toko maupun pedagang kaki lima yang beroperasi, menjual pakaian, sepatu, hingga aksesoris.
Rata-rata toko dan pedagang kaki lima yang tak diperbolehkan beroperasi selama PSBB buka secara "diam-diam". Beberapa toko tetap beroperasi dengan membuka sebagian kecil pintunya. Ada juga toko yang dari depan terlihat tutup, tapi mengarahkan pengunjung lewat "samping".
Kendati demikian, ada pula toko yang terang-terangan buka. Asia Toserba misalnya, gerai busana di lantai bawah masih beroperasi. Alhasil, beberapa warga berkerumun untuk memilih busana yang hendak ia beli.
Sementara di Yogya Tasikmalaya, sejumlah pengunjung mengantre di depan swalayan itu menanti giliran masuk. Meski terdapat aparat yang mengatur warga untuk mengantre, tapi kerumunan itu tetap juga melanggar protokol kesehatan physical distancing (jaga jarak).
Sedangkan hampir di sepanjang jalan kawasan itu, warga lalu lalang berjalan kaki membawa tentengan barang belanjaan. Mereka seolah tak peduli dengan anjuran pemerintah untuk tetap di rumah. Warga, meski umumnya memakai masker, tetap keluar rumah untuk berbelanja.
Salah seorang pedagang kaki lima di kawasan itu, Yayan (38 tahun) mengatakan, toko-toko dan pedagang kaki lima memang masih banyak yang beroperasi, bahkan sejak awal PSBB diberlakukan. Namun, umumnya pedagang "kucing-kucingan" dengan petugas.
"Habis mau bagaimana? Kalau kita tak jualan, tak dapat uang," kata lelaki yang menjajakan barang berupa topi, masker, dan berbagai aksesoris busana lainnya.
Meski tetap bejualan, ia mengatakan, pendapatannya pada Ramadhan kali ini sangat jauh berkurang jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Ia menyebut, pendapatannya berkurang hingga 75 persen.
"Tahun kemarin, jelang Lebaran mah di sini pasti penuh. Kalau sekarang, ya seperti ini saja," kata dia.
Salah seorang pedagang lainnya, Agus (47) mengatakan, adanya pandemi Covid-19 membuat barang dagangannya banyak yang tak laku. Padahal, ia sudah lama menyetok barang untuk dijual pada momen Lebaran. "Karena kondisinya seperti ini, ya mau bagaimana lagi," kata pedagang pakaian di pinggir jalan itu.
Ia berharap, pandemi Covid-19 dapat segera teratasi. Dengan begitu, penghasilannya sebagai pedagang bisa kembali normal.
Sementara itu, salah seorang pengunjung kawasan itu, Angga (30) mengaku sengaja pergi ke pusat pertokoan di Jalan HZ Mustofa untuk persiapan Lebaran. Ia bersama istrinya, selain mencari bahan makanan sekaligus membeli pakaian. "Sudah biasa saja setiap mau Lebaran ke HZ," kata dia.
Ia mengaku tahu dengan situasi pandemi Covid-19 dan penerapan PSBB di Kota Tasikmalaya. Karena itu, ketika keluar ia bersama istrinya selalu mengenakan masker."Yang penting sebisa mungkin jaga jarak," kata dia.
Berdasarkan hasil evaluasi PSBB Jawa Barat, Kota Tasikmalaya masuk dalam kategori level 4 (berat) atau zona merah. Penambahan kasus positif Covid-19 tetap terjadi meski PSBB dilaksanakan.
Hingga Selasa (19/5) tercatat terdapat 41 pasien positif Covid-19 di Kota Tasikmalaya. Sebanyak 23 orang terkonfirmasi melalui tes swab dan 18 melalui uji cepat atau rapid test. Dari total 41 kasus positif, 11 orang dinyatakan sembuh, 27 masih dalam perawatan, dan tiga orang meninggal dunia.