REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Plt Dirjen Dikti Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Prof Nizam mengatakan, saat ini kita dihadapkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat. Invensi dan inovasi diciptakan dengan lajuu eksponensial.
Ia melihat, akibat dari kemajuan iptek itu terjadi perubahan besar dan cepat bidang ekonomi, sosial dan budaya yang masuki banyak sendi kehidupan. Tanpa terasa perilaku dan cara hidup terpengaruh, bahkan dibentuk oleh teknologi.
Misal, telfon seluler yang sudah jadi perekam seluruh data kegiatan harian dari bangun tidur sampai kembali ke peraduan. Perubahan itu terjadi dalam rentang waktu begitu cepat, sehingga terjadilah era revolusi industri 4.0.
Banyak pekerjaan dan cara kerja lama lenyap digantikan teknologi dan mesin-mesin cerdas, dan pekerjaan baru bermunculan. Kita dihadapkan kepada kondisi masa depan yang penuh vulnerability, uncertainty, complexity, danambiguity.
"Perguruan tinggi harus berubah, bila tidak ingin menjadi museum masa lalu dan ditinggalkan mahasiswa, revolusi industri 4.0 harus direspon dengan revolusi pendidikan 4.0," kata Nizam dalam Pidato Ilmiah Dies Natalis ke-56 di Ruang Sidang Utama Rektorat UNY, Senin (18/5).
Pendidikan 4.0 hasilkan lulusan dengan kompetensi yang luwes, wawasan yang luas, fleksibel dan gayut dengan kebutuhan dan perubahan zaman. Cara belajar harus adaptif dan flesksibel untuk memberikan ruang lahirnya generasi itu.
Ia menilai, pada masa yang sangat dinamis ini perguruan tinggi harus mampu merespons secara cepat dan tepat. Kebijakan Merdeka Belajar: Kampus Merdeka dirasa jadi kerangka menyiapkan sarjana yang relevan dengan kebutuhan zaman.
"Mahasiswa dapat mengasah hard skills maupun soft skills secara langsung lewat pengalaman yang beragam sesuai minat dan cita-citanya," ujar Nizam.
Kurikulum perguruan tinggi yang diimplementasikan secara kaku saat ini harus dirombak karena tujuannya menghasilkan lulusan yang lentur dan luwes. Nizam berharap, perguruan tinggi mampu menghasilkan modal manusia yang unggul.