Kamis 28 May 2020 16:30 WIB

Warga Wirogunan Buka Dapur Umum Bantu Warga Indekos

Warga RW 9 Kelurahan Wirogunan Yogyakarta membuka dapur umum secara swadaya

Dapur Umum (Ilustrasi).
Foto: Edi Yusuf/Republika
Dapur Umum (Ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Warga RW 9 Kelurahan Wirogunan Yogyakarta membuka dapur umum secara swadaya untuk membantu memenuhi kebutuhan makanan bagi mahasiswa atau anak indekos di wilayah tersebut.

“Kegiatan ini sudah berjalan selama sekitar 18 hari. Rencananya, kegiatan akan dihentikan pada 1 Juni. Tetapi, karena masa tanggap darurat bencana COVID-19 diperpanjang, maka keberadaan dapur umum ini pun diperpanjang sampai 30 Juni,” kata Ketua RW 9 Kelurahan Wirogunan Yogyakarta Yogi Prasetyo di Yogyakarta, Kamis (28/5).

Baca Juga

Dapur umum yang dibuka berdasarkan inisiatif warga setempat tersebut membuat sekitar 100 nasi bungkus per hari beserta lauk dan sayur yang kemudian dibagikan kepada anak indekos atau asrama yang tidak bisa pulang kampung, bahkan beberapa di antaranya kesulitan keuangan karena tidak mendapat kiriman uang dari orang tua.

“Di kelurahan ini ada sekitar 75 anak indekos. Sisanya, kami bagikan ke mahasiswa di daerah Babarsari dan Tuntungan yang juga merupakan warga luar daerah dan sedang kesulitan,” katanya.

Inisiatif membuka dapur umum untuk mahasiswa dari luar daerah tersebut, kataYogi, berawal dari adanya mahasiswa indekos yang meminta gula pasir untuk membuat minuman.

“Dari situ, kami memahami jika mahasiswa dari luar daerah yang tidak bisa pulang kampung ini belum tersentuh bantuan dari pemerintah. Banyak yang harus berhemat untuk makan sehingga seringkali mereka hanya mengandalkan mi instan,” katanya.

Rasa kepedulian tersebut, lanjut Yogi, mendorong warga RW 9 Wirogunan untuk mengulurkan bantuan dengan membuka dapur umum dengan modal awal dari swadaya masyarakat sekitar Rp2 juta.

“Selanjutnya, ada saja warga yang membantu biaya operasional untuk penyediaan makanan. Kami memang hanya memasak satu kali sehari. Tetapi, jika mahasiswa ini membutuhkan makanan, mereka bisa memasak sendiri di dapur ini. Bahannya tersedia,” katanya.

Salah satu mahasiwa yang memperoleh bantuan dari dapur umum tersebut, Wahyu Adi Prasetyo mengatakan sangat terbantu dan berharap dapur umum tersebut tetap berjalan hingga kondisi kembali pulih.

“Karena kuliah dilakukan secara online, maka saya pun bisa membantu pekerjaan ringan di sini. Misalnya membungkus makanan karena untuk memasak sudah ditangani ibu-ibu di kampung,” kata mahasiswa asal Lampung itu.

Ia menjadi satu-satunya mahasiswa dari delapan mahasiswa di pondokannya yang tidak bisa pulang kampung karena tidak memperoleh kiriman uang dari keluarga.*

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement